kedua adalah penguasa yang melaksanakan syari’at Allah, mereka terapkan pada diri mereka dan pada para hamba Allah.
Kesepuluh: Nasihat kepada ulama kaum muslimin mencakup:
Mencintai mereka.
Menolong mereka dalam menjelaskan kebenaran seperti dengan menyebarkan tulisan dan karya para ulama.
Membela kehormatan mereka.
Meluruskan kesalahan mereka dengan cara yang baik.
Mengingatkan mereka dalam kebaikan dengan mengarahkan cara yang pas ketika menyampaikan dakwah kepada yang lain.
Kesebelas: Nasihat kepada penguasa mencakup:
Meyakini mereka adalah pemimpin.
Menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka kepada rakyat sehingga membuat rakyat mencintainya dan ia bisa menjalankan kepemimpinan dengan baik. Hal ini jauh berbeda jika yang disebar adalah aib-aib penguasa.
Menjalankan perintah dan menjauhi setiap hal yang dilarang dari penguasa selama bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah karena tidak boleh ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Sedangkan kalau maksiat itu dilakukan oleh diri penguasa itu sendiri (mereka zalim), tetaplah mereka ditaati dalam perintahnya, bukan dalam mengikuti maksiat yang mereka lakukan.
Menutup aib mereka sebisa mungkin, bukan mudah-mudahan menyebarnya. Namun tetap ada nasihat langsung kepada mereka atau lewat orang-orang yang dekat dengan mereka, tanpa mesti diketahui orang banyak.
Tidak boleh memberontak kepada mereka kecuali melihat ada kekufuran yang nyata dengan dalil pasti dan ada kemaslahatan yang besar.
Keduabelas: Dalam masyarakat Islam, pemimpin atau penguasa mesti ada, baik yang memimpin masyarakat banyak maupun masyarakat yang lebih khusus.
Ketigabelas: Nasihat kepada orang awam berbeda kepada penguasa.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menasihati sesama muslim (selain ulil amri) berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2:35).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata bagaimanakah cara menasihati sesama muslim, maka beliau katakan hal itu sudah dijelaskan dalam hadits Anas, “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Nasihat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti. Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka diperlakukan seperti itu.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 2:400)
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan,
المؤمن يَسْتُرُ ويَنْصَحُ ، والفاجرُ يهتك ويُعيِّرُ
“Seorang mukmin itu biasa menutupi aib saudaranya dan menasihatinya. Sedangkan orang fajir (pelaku dosa) biasa membuka aib dan menjelek-jelekkan saudaranya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1:225)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
إنَّ أحبَّ عبادِ الله إلى الله الذين يُحببون الله إلى عباده ويُحببون عباد الله إلى الله ، ويسعون في الأرض بالنصيحة
“Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasihat kepada lainnya.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:224)
Semoga Allah memberikan kita sifat saling mencintai sesama dengan saling menasihati dalam kebaikan dan takwa.
Referensi:
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi. Penerbit Dar Ibni Hazm.
Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Tahqiq: Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan Ibrahim Bajis. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri. Penerbit Dar Kunuz Isybiliya.
Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathon.
—
Artikel Hadits Arbain Kajian MTMH, 14 April 2018
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Nabi Sholallahu alaihi wasalam bersabda :
"Sesungguhnya iman akan kembali ke kota Madinah sebagaimana ular kembali ke lubang atau sarangnya".
( HR. Bukhari & Muslim )
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu pernah menuturkan: “Ketahuilah, bahwasanya (perumpamaan) sabar dengan iman seperti kepala dengan badan. Jika kepalanya terpotong maka binasalah badannya.”
( Allah ) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya "jadilah !" maka jadilah sesuatu itu.
Rasulullah Sholallahu alaihi wasalam bersabda:
Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika Ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdo'a saat itu.
Waosen punika saderengipun panjenengan sami sare kagem ngicalaken lungkrah
Sabda Rasulullah :" Mangertiya, arep tak tulådhå ake marang sira kekalih ( Ali lan Fathimah ) perkoro perkoro kang luwih apik tinimbang apa kang sira sak kloron suwun marang ingsun .
Yen sira sak kloron pinuju turu mongko wacanen :
Allahuakbar kaping 34
Subhanallah kaping 33
Alhamdulillah kaping 33
Mongko perkoro iku luwih apik kanggo sira sak kloron tinimbang salah sijining pembantu. "
(HR. Bukhari)
Firman Allah ta'ala :,
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
" lan tiyang-tiyang ingkang jihad ing margining kita, pramila estu saestu badhe kita tedahaken dhateng piyambakipun sedaya {marg} kita (ing donya lan akhirat)..”
(qs. al-ankabut: 69)
al-imam ar-rabi’ bin anas al-khurasani (139 h) rahimahullah wicanten,
" Sanes setunggaling tiyang hamba ing bumi punika taat dumateng Allah, dakwah ngajak manungsa dhateng {marginipun} Allah saha nyegah manungsa saking nglanggar parentahipun Allah ananging piyambakipun saweg jihad ing margining Allah. "
📚 tafsir ibnu abi hatim (9/308)
Sak kiyat-kiyatipun tauhid ingkang wonten ing panjenengan, sampun sapisan-pisan panjenengan rumaos aman saking kemusyrikan..
Firman Allah ta'ala,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ
" Lan ( emuta ), nalika Ibrahim As. ngendika : " yaa Rabb kula, dadosaken nagari punika (mekkah) nagari ingkang aman lan tebihaken kawula kaliyan lare keturunan kawula saking menyembah berhala-berhala. "
(QS. Ibrahim: 35)
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah Rahimahullahu berkata:
Beramal tanpa keikhlasan dan tidak mencontoh ( Nabi) bagaikan seorang musafir yang mengisi tasnya dengan pasir. Bawaan yang membebani tetapi tidak bermanfaat baginya.
Fawaaid hal.58
Rasulullah Sholallahu alaihi wasalam bersabda:
Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw ( berlebih - lebihan ) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw itu telah membinasakan Orang - orang sebelum kalian.
HR : Ahmad 347 & Ibnu Majah 3029
( tanda keberkahan ilmu ) adalah takutnya seseorang kepada Allah ta'ala dan bertaubat kembalikepada-Nya. Pada hakikatnya, jika ilmu itu tidak menumbuhkan rasa takut kepada Allah ta'ala, bertaubat kepada-Nya,bersandarnya hati kepada-Nya, dan memuliakan kaum muslimin, maka ilmu tersebut telah kehilangan berkahnya. Bahkan bisa jadi orang tersebut akan menutup amalnya dengan kejelekan.
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah ngendika :
" ing antawis tanda kemunafikan inggih punika benten antawis manah lan lesan, benten ing ngajeng lan ing wingking, benten kala mlebet lan medal. "
📚 shifatun nifaq (hlm. 49)
Kemunafikan punika penyakit manah ingkang paling ngrisak lan paling mbebayani.
Kanca dados lawan, lawan dados kanca lebet sekedhap, namung amargi sami-sami gadhah kewigatosan.
Sami-sami manfaataken kesempatan kagem nggayuh untung pribadi sanadyan kedah menzalimi tiyang sanes
Abu Adz-dzayyal rahimahullah ngendika,
ألا في الصمت خصلتان: تدفع به جهل من هو أجهل منك وتعلم به من علم من هو أعلم منك
" Wuninga, lebeting mendel wonten kalih faedah,
1. kalih piyambakipun panjenengan nolak kejahilan tiyang ingkang langkung jahil saking panjengan.
2. kalih piyambakipun panjenengan badhe nggayuh elmu saking tiyang ingkang langkung gadhah elmu saking panjengan. "
📚 az-zuhd ibn abi ashim (hlm. 51)
Bilih mendel mboten ndugikaken panjenengan wonten ing kesaenan, pramila mendel badhe dados margi kawilujengan.
Tetep maos Al Qur'an, sanadyan mboten malih pasa .
rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
" Wacanana al qur'an amargi saestunipun piyambakipun badhe dugi ing dinten kiamat dados peparing syafa'at dhateng tiyang ingkang maosipun . "
Sanadyan Ramadhan sampun kesah, maosipun Al Qur'an sampun ngantos kèndêl . "
HR. muslim
Al imam Ibnul Qoyyim Rahimahullahu berkata:
gelisahan, keresahan dan kesedihan datang dari dua hal:
Pertama, menginginkan dan berambisi terhadap dunia.
Kedua, kurangnya melakukan amal kebaikan dan ketaatan.
Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah ba’da ashar di hari Jumat. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam,
يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
‘Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.’[HR. Abu Dawud]
Berkata al-Hafidz ibnu Al-Jauzi rahimahullahu ta'ala
"Barangsiapa ingin amalannya tidak terputus setelah kematiannya, maka hendaklah ia menyebarkan ilmu."
- Sumber : Tadzkiroh fi wa'dz 55
Gampil rumaos getun (tersinggung) nalika dituturi (di nasihati )
Manah gumedhé nalika dipuji Ketingal taat nalika wonten ing papan ramé Nanging remen maksiat rikala piyambakan Pratanda penilaian manungsa ingkang panjenengan pados, sanes penilaian Allah Lan sedaya punikia sejatosipun namung siya siya saestunipun Allah ndadosaken keikhlasan lan mutaba'ah, dados margi dipuntampinipun amal. menawi kekalih ipun utawi salah setunggalipun ical ,pra mila amal-amal mboten badhe dipuntampi.
imam ibnul qayyim rahimahullah [ ar-rüh (1/135) ]