Kembali Ke>>>KHUTBAH JUM'AT

Mendidik Putra Putri Kita


Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ. أحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَا أوْلاَهُ مِنْ عَظِيْمِ إنْعَامِهِ. وَمَا اخْتَصَّنَا بِهِ مِنْ مَعْرِفَتِهِ وَإكْرَامِهِ. وَهَدَانَ لِتَوْحِيْدِهِ وإسْلاَمِ الْوَجْهِ لَهُ وَقَدْ ضَلَّ عَنْ ذَلِكَ الْأكْثَرُوْنَ. أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَسُبْحَانَ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْمَأْمُوْنُ

أللّهُمَّ صَلِّي عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ بِسُنَّتِهِ مُتَمَسِّكُوْنَ. وَسَلِّمْ تَسْلَيْمًا كَثِيْرًا

أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah ini saya mengajak hadirin sekalian –pada umumnya– dan terutama pada diri saya sendiri –khususnya– untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT dan terus menerus berusaha meningkatkan ketakwaan itu dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, serta mensyukuri semua kenikmatan dan karunia yang diberikan kepada kita dengan menggunakan dan menyalurkannya pada jalan yang diridhai oleh-Nya. Dengan demikian, semoga kita senantiasa mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Sudah mmenjadi peristiwa rutin tahunan bagi orang tua, saat memasuki bulan Juni-Juli, setelah putra-putri mengakhiri masa pendidikan di sekolah atau madrasah, maka orang tua pun mulai mempersiapkan putra-putrinya untuk mendaftarkan ke tingkat pendidikan berikutnya. Tentu saja ini merupakan merupakan salah satu cara dan bentuk kewajiban tanggung jawab orang tua memenuhi hak anak dalam memperoleh pendidikan.

Hujatul Islam Imam Ghazali berpesan: “Anak-anak itu adalah amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang suci merupakan permata yang paling berharga, belum terukir dan terbentuk. Ia menerima setiap bentuk ukiran dan cenderung kepada setiap hal yang digiring kepadanya. Jika dibiasakan yang baik, dan diajarkan kebaikan maka ia akan tumbuh menjadi baik dan bahagia di dunia dan akhirat. Ayahnya, gurunya dan setiap orang yang mendidiknya juga akan mendapatkan pahala. Namun jika dibiasakan dengan keburukan, dan dibiarkan seperti binatang maka ia akan celaka dan binasa. Dan dosanya ditanggung oleh orangtuanya.” (Hujjatul Islam, Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Kairo:Dar Misr li al-Thiba’ah, Juz II, hlm. 89)

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Saat orang tua memilih dan menentukan sebuah sekolah bagi putra-putrinya, tentu sudah dipertimbangkan atas dasar informasi, motivasi dan harapan kelak di kemudian hari. Satu hal yang perlu disadari orang tua adalah bahwa tujuan memasukkan anak ke lembaga pendidikan pilihan itu untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter anak, saat mereka tumbuh besar dan dewasa. Bukan keyakinan untuk menyiapkan mereka menjadi orang kaya kelak atau menjamin pekerjaan dan kehidupan enak, menjadi ini atau menjadi itu. Manusia hanya berusaha dan berdoa..selanjutnya tawakkal, pasrah diri kepada Allah SWT.

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Penting juga diperhatikan bahwa mendidik anak jangan sampai hanya terbatas mengisi otaknya, tetapi jiwanya harus diisi dengan nilai-nilai spiritual religius, sehingga kelak disamping intelek juga alim dan berbudi luhur.

Sangat disesalkan adanya sementara orang tua yang memiliki perhatian besar tentang kepandaian, kecerdasan dan keterampilan anaknya, namun tidak memiliki perhatian yang memadai tentang kondisi jiwanya serta pendidikan rohaniyahnya. Terlebih lagi dengan orang tua yang tidak memiliki perhatian terhadap pendidikan, membiarkannya tanpa pengarahan atau bahkan hanya menjejalinya denagn materi tanpa kasih sayang dan jiwanya tidak diisi dengan niali-nilai rohani keagamaan.

Dalam kapasitas kita sebagai orang tua sudah seharusnya memperhatikan pendidikan anak-anak kita, dan pendidikan yang diterima anak dari orang tualah yang akan menjadi dasar dari pembinaan kepribadian anak. Dengan kata lain, orang tua jangan sampai membiarkan pertumbuhan anak berjalan tanpa bimbingan, atau diserahkan pada guru sekolah saja atau pembantu rumah tangga. Inilah kekeliruan yang banyak terjadi dalam realitas kehidupan kita.

Terlebih di zaman sekarang ini, di era globalisasi dengan kemajuan teknologi, orang tua harus menyiapkan anak-anak supaya mampu “berenang” dalam gelombang arus informasi yang ganas, mampu mengendarai dan mengekang ilmu pengetahuan untuk semata-mata mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Di samping nilai-nilai ketuhanan seperti disebutkan diatas, juga pendidikan yang harus sejak dini di tanamkan kepada anak adalah kesadaran akan kewajiban kepada Allah Swt. Rasulullah SAW bersabda:

مُرُوْا أوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبعِ سِنِيْنَ وَأضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. رواه الحاكم

Artinya: “Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jiak mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah (dengan pukulan yang tidak membahayakn) jika tidak mau melaksanakannya. Kemudian pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR al-Hakim)

Memperhatikan hadits tersebut di atas jelaslah bagi kiat tentang tanggung jawab orang tua terhadap anaknya mengenai kewajiban-kewajibannya. Ketika anak-anak telah mencapai usia tujuh tahun, di mana anak-anak sudah memasuki usia tamyiz, orang tua sudah harus memerintahkannya, melaksanakan kewajiban kepada Tuhannya, yaitu shalat.

Berarti pula bahwa sebelum menginjak usia tersebut kita dituntut untuk mengajarkan segala hal yang bertalian cenagn kewajiaban shalat, separti tata cara berwudlu, mengenai najis dan hadats, dan lain sebagainya.

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Hal yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak, adalah keteladanan yang baik dari orang tua dan lingkungan sekitarnya, mengingat kondisi anak-anak yang cenderung ingin meniru setiap perilaku yang terlihat di dalam lingkungannya. Sementara ia belum mengerti tentang baik dan buruk, belum memahami bahaya yang akan menjerumuskan ke dalam jurang kenistaan. Maka perhatian orang tua, sebagai orang yang paling dekat dengan anak-anak haruslah selalu memperhatikan aspek etika dan moral agama.

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Hal yang tidak boleh kita lupakan adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah dibalakang kita, dalam hal ini perhatikan firman Allah Swt. Berikut ini.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً

Artinya: “Dan hendaklah takit kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapakan perkataan yang benar.” (QS an-Nisa`: 9)

Marilah kita kembali kepada konsep ajaran agama Islam yang memandang anak sebagai amanah Allah yang harus dijaga dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh, khususnya dalam hal pendidikan dan juga mengenai hal yang lainnya.

Semoga Allah menganugerahi kita keturunan dan generasi yang shaleh dan shalehah, serta menganugerahakn rahmat dan petunjukNya kepada kita untuk dapat mencapai kedamaian, dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun di akhirat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنِهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم