Injil Markus dikenal dengan narasinya yang dinamis dan berfokus pada tindakan Yesus sebagai Hamba yang Menderita dan Raja yang Mengorbankan Diri. Salah satu aspek menarik dalam struktur Injil ini adalah penggunaan waktu, khususnya transisi dari malam ke pagi yang membangun narasi penderitaan Yesus menuju kebangkitan-Nya. Markus menggunakan kata "ὀψίας" (opsias, malam atau senja) dan "νύξ" (nyx, malam penuh) untuk menandai peristiwa-peristiwa penting, yang berpuncak pada fajar kebangkitan (πρωΐ, prōi). Artikel ini akan mengeksplorasi makna teologis dari pola waktu ini dan bagaimana hal ini memperkuat pesan Injil Markus.
1. Transisi Waktu sebagai Struktur Naratif dalam Markus
Dalam Injil Markus, peralihan waktu dari senja (opsias) ke malam penuh (nyx), lalu ke fajar (prōi) tidak hanya berfungsi sebagai tanda kronologis, tetapi juga sebagai simbol teologis penderitaan, pengkhianatan, dan kemenangan Kristus.
A. Malam Awal (ὀψίας - Opsias): Persiapan Menuju Penderitaan
Markus 1:32 – “Menjelang malam – senja (opsias), setelah matahari terbenam, dibawalah kepada-Nya semua orang yang menderita sakit dan kerasukan setan.”
→ Opsias di sini menandakan waktu kesembuhan dan pelayanan Yesus di tengah penderitaan dunia. Origenes (185–253 M) menjelaskan bahwa malam Yesus bukan hanya sekadar malam duniawi, tetapi juga malam rohani, di mana Ia datang untuk menerangi hati manusia dengan terang-Nya (Homilies on Luke). Dalam konteks ini, pelayanan Yesus di malam hari menjadi simbol bagaimana terang-Nya hadir bahkan di tengah kegelapan dunia yang penuh dosa dan penderitaan.
Markus 14:17 – “Menjelang malam – senja (opsias), Yesus datang bersama kedua belas murid itu.”
→ Opsias menandai awal Perjamuan Terakhir, momen ketika Yesus meneguhkan janji keselamatan sebelum penderitaan-Nya.
Malam awal dalam Markus sering berfungsi sebagai waktu persiapan sebelum penderitaan terjadi, tetapi juga menggambarkan kasih karunia Tuhan yang tetap bekerja sebelum kegelapan penuh tiba.
B. Malam Penuh (Νύξ - Nyx): Puncak Kegelapan dan Pengkhianatan
Markus 14:30 – “Malam ini (taute tē nykti), sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
→ Nyx menandai puncak kejatuhan moral, di mana murid-murid meninggalkan Yesus. John Calvin mencatat bahwa di kegelapan malam, terang pengharapan tampak padam. Namun, justru di saat terdalam penderitaan, kasih Tuhan sedang bekerja untuk keselamatan umat-Nya (Institutes of the Christian Religion). Pengkhianatan Petrus menjadi gambaran betapa manusia sering kali goyah di tengah tekanan, tetapi kasih karunia Allah tetap bekerja bahkan dalam kegelapan.
Markus 14:53-65 – Lanjutan dari poin sebelumnya, kita dapat melihat pada bagian ini saat Yesus diadili secara tidak adil oleh Sanhedrin dalam kegelapan malam.
Markus 15:33 – “Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.”
→ Meskipun terjadi siang hari dan tidak mengandung kata “malam”, kegelapan total yang terjadi saat penyaliban Tuhan Yesus melambangkan malam spiritual, di mana dosa dan kematian mencapai puncaknya.
Malam penuh dalam Markus adalah simbol pengkhianatan, ketidakadilan, dan penderitaan Yesus sebagai Hamba yang Menderita. Ini menggenapi nubuat Yesaya 53:7 bahwa Mesias akan dibawa “seperti domba ke pembantaian.”
C. Fajar Kebangkitan (Πρωΐ - Prōi): Kemenangan atas Kegelapan
Markus 16:2 – “Pada pagi-pagi benar (prōi), setelah matahari terbit, mereka pergi ke kubur.”
→ Prōi melambangkan terang kebangkitan yang menggantikan malam penderitaan. Sebagaimana Agustinus menegaskan bahwa Kristus bangkit pada fajar, bukan hanya untuk menunjukkan kuasa-Nya atas maut, tetapi juga untuk mengundang kita masuk ke dalam terang kehidupan kekal (Sermons on the New Testament). Dengan demikian, transisi dari malam ke fajar dalam Injil Markus menjadi lebih dari sekadar catatan waktu, tetapi sebuah narasi kemenangan yang melampaui penderitaan.
2. Pola Teologis: Dari Kegelapan Menuju Terang
Markus membangun pola waktu ini untuk menunjukkan bahwa jalan Kristus adalah jalan dari penderitaan menuju kemuliaan, dari kegelapan menuju terang kebangkitan.
Dari Opsias ke Nyx → Pelayanan dan kasih karunia sebelum penderitaan dan pengkhianatan.
Dari Nyx ke Prōi → Momen kegelapan total di kayu salib yang akhirnya dikalahkan oleh kebangkitan di fajar.
Kebangkitan Yesus di pagi hari (Prōi) → Simbol kemenangan absolut atas maut dan dosa.
Mengutip Dietrich Bonhoeffer, ia menegaskan bahwa hanya mereka yang berjalan bersama Kristus dalam malam penderitaan yang akan melihat fajar kebangkitan (The Cost of Discipleship). Ini mengingatkan kita bahwa penderitaan bukanlah akhir, tetapi bagian dari proses menuju pemulihan dan kemuliaan bersama Kristus, ya tentu saja selama kita berjalan dengan Kristus dalam kesetiaan.
Kesimpulan
Dalam Injil Markus, perubahan waktu bukan sekadar latar narasi, tetapi memiliki makna teologis yang dalam. Malam awal (opsias) menggambarkan persiapan dan anugerah, malam penuh (nyx) menggambarkan penderitaan dan pengkhianatan, sementara fajar (prōi) melambangkan kemenangan Yesus atas maut. Dengan demikian, transisi waktu dalam Injil Markus bukan hanya menjadi struktur narasi, tetapi juga sebuah undangan iman bagi kita semua untuk berjalan dalam terang kebangkitan Kristus.
"Jika kita berjalan dalam malam penderitaan, jangan takut, sebab fajar kebangkitan Kristus telah terbit, dan di dalam-Nya, kita menemukan hidup"
(Cyril dari Yerusalem - Catechetical Lectures).