Petrus adalah salah satu murid Yesus yang paling dikenal dalam Perjanjian Baru, bukan hanya karena peran kepemimpinannya di antara para rasul, tetapi juga kisah panggilannya yang unik dan penuh dinamika. Injil-injil memberikan dua gambaran berbeda mengenai bagaimana Petrus pertama kali bertemu Yesus dan menerima panggilan-Nya. Dalam Yohanes 1:35-42, Andreas—saudara Petrus—pertama kali bertemu Yesus setelah mendengar kesaksian Yohanes Pembaptis dan kemudian membawa Petrus kepada-Nya. Sementara itu, dalam Matius 4:18-22 dan Injil sinoptik lainnya, Yesus memanggil Petrus dan Andreas saat mereka sedang menangkap ikan di Danau Galilea, mengajak mereka untuk menjadi penjala manusia.
Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan menarik: Apakah Petrus mengalami panggilan bertahap, di mana ia pertama kali mengenal Yesus melalui Andreas sebelum akhirnya menerima panggilan penuh di tepi Danau Galilea? Bagaimana latar tempat, seperti Sungai Yordan, Betania, dan Kapernaum, memengaruhi perjalanan awal Petrus dalam mengikut Yesus?
Pada kesempatan ini akan mari gali lebih dalam bagaimana kisah panggilan Petrus dalam Injil dapat dipahami dalam konteks sejarah dan geografis, serta bagaimana para penafsir Alkitab melihat kemungkinan adanya dua tahap dalam panggilan Petrus. Dengan memahami dinamika ini, kita dapat melihat bagaimana Yesus membentuk murid-murid-Nya secara bertahap—memanggil mereka, memperkenalkan diri-Nya, dan akhirnya mengutus mereka untuk menjadi pelayan-Nya.
1. Tempat Tinggal Petrus: Dari Betsaida ke Kapernaum
Petrus, yang nama aslinya Simon, berasal dari Betsaida (Yohanes 1:44 - "Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus."), sebuah kota kecil di tepi timur laut Danau Galilea. Namun, ketika Yesus memanggilnya, ia sudah menetap di Kapernaum (Markus 1:21,29), sebuah kota nelayan yang lebih besar dan strategis.
Betsaida adalah tempat asalnya, dan kemungkinan tempat ia dibesarkan serta belajar menjadi nelayan. Betsaida berada di Timur Laut danau Galilea.
Kapernaum menjadi tempat tinggalnya bersama keluarga, termasuk mertua yang kemudian disembuhkan oleh Yesus (Markus 1:30-31). Menariknya, kota Kapernaum juga disebut sebagai tempat Yesus juga, mari kita lihat pada Matius 9:1, dikatakan disana “sampailah Ia (Yesus) ke kota-Nya sendiri.” Tentu saja ini diperkuat dengan fakta bahwa Yesus telah pindah dari Nazaret dan kemudian diam di Kapernaum, di tepi danau Galilea (Matius 4:12-13), Yesus pindah setelah mendengar bahwa Yohanes Pembaptis telah ditangkap oleh Herodes.
Kedua kota ini dekat dengan Danau Galilea, yang menjadi pusat aktivitas Yesus dalam pelayanan-Nya. Bisa kita lihat bersama pada gambar peta Alkitab tentang kota-kota disekitar danau Galilea.
2. Pertemuan dengan Yohanes Pembaptis: Panggilan Awal oleh Yesus?
Sebelum bertemu Yesus secara langsung, ada indikasi bahwa Petrus memiliki hubungan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis. Andreas, saudara Petrus, adalah murid Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:35-40). Pada saat Yohanes Pembaptis menunjuk Yesus sebagai "Anak Domba Allah", dan Andreas segera mengikut Yesus, lalu mengajak Petrus untuk bertemu-Nya (Yohanes 1:41-42). Narasi ini menunjukkan bahwa Petrus kemungkinan sudah tertarik dengan ajaran Yohanes sebelum akhirnya bertemu Yesus. Namun, ada tantangan geografis: Yohanes membaptis di Sungai Yordan, yang lebih ke selatan dari Danau Galilea, yaitu di seberang Sungai Yordan, Betania – Yohanes 1:28 (dalam beberapa catatan kuno ditulis “Bethabara”)[1]. Bagaimana mungkin Petrus bertemu Yesus di sana? Ada beberapa Kemungkinan yang memungkinkan pertemuan ini, pada saat Pembaptisan Yesus terjadi:
a) Perjalanan ke Yerusalem:
Orang Yahudi dari Galilea sering melewati Perea dan Sungai Yordan dalam perjalanan ke Yerusalem. Orang-orang Yahudi yang tinggal di daerah Galilea hendak pergi ke Yerusalem di Yudea memiliki kecenderungan atau bahkan pasti (bagi orang Farisi) untuk melewati jalur Sungai Yordan (jalur Timur) untuk tiba di Yerusalem daripada melewati jalur darat – di barat, dimana mereka harus melalui wilayah Samaria yaitu via dataran Sharon. Jika Andreas mengikuti Yohanes Pembaptis, mungkin ia dan Petrus sedang dalam perjalanan ziarah ketika bertemu Yesus.
b) Perdagangan Ikan:
Sebagai nelayan, Petrus dan Andreas mungkin bepergian untuk berdagang ikan ke Yudea atau daerah Sungai Yordan. Ini bisa menjadi kesempatan baginya untuk mendengar Yohanes Pembaptis dan bertemu Yesus. Ingat, pada saat pemanggilan, Yesus bertemu Petrus dan Andreas dalam satu kapal nelayan yang sama (bdk. Lukas 5:1-3, Matius 4:18).
c) Rasa ingin tahu terhadap pengajaran Yohanes:
Jika Andreas sudah menjadi murid Yohanes, bisa jadi ia mengajak Petrus untuk datang dan mendengarkan pengajarannya. Hal ini sama seperti banyaknya orang berbondong-bondong untuk mendengarkan Yesus mengajar dari kota ke kota, bahkan menyebrang dari sisi danau Galilea ke sisi lainnya, banyak orang yang mengikuti kemana pun Dia pergi.
3. Panggilan di Danau Galilea: Komitmen Penuh
Meskipun telah bertemu Yesus sebelumnya, panggilan resmi Petrus terjadi di Danau Galilea. Hal yang perlu dipikirkan secara cermat adalah kisah panggilan Petrus sebagai bagian dari dua belas murid Yesus (yang kemudian disebut rasul) dalam Injil Sinoptik (Matius 4:18, Markus 1:16; Lukas 5:1-11) dinarasikan terjadi di tepi Danau Galilea, bukan Sungai Yordan (seperti yang bias dalam pertemuan Petrus dengan Yesus di Yohanes 1:30-42). Pada latar kejadian Injil Sinoptik, dituliskan bahwa Yesus melihat Petrus dan Andreas sedang menebar jala, lalu berkata: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia!" – Matius 4:19. Kemudian keduanya merespon dengan segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus (Matius 4:20). Ini menunjukkan panggilan yang lebih konkret, di mana Yesus mengundang mereka untuk berkomitmen penuh sebagai murid-Nya.
Injil Lukas memberikan detail tambahan: Sebelum Yesus memanggil mereka, Ia melakukan mukjizat menangkap banyak ikan (Lukas 5:4-7). Petrus, yang awalnya skeptis, terkejut dan merasa tidak layak (Lukas 5:8), tetapi Yesus justru meneguhkan panggilan Petrus dan beberapa murid lainnya yang berada dan menyaksikan mukjizat itu.
4. Perbedaan Latar - Panggilan Bertahap
Berdasarkan perbandingan Injil, panggilan dan pertemuan Petrus dari Tuhan Yesus kemungkinan terjadi dalam beberapa tahap, seperti terlihat pada tabel berikut:
Mari kita perhatikan saksama, Simon Petrus pada saat kisah pemanggilan oleh Yesus sebagai muridNya – dalam Lukas 5:5, Simon mengenali Yesus sebagai “Guru” - ἐπιστάτης [2], maka besar kemungkinan Simon sudah mengenal Yesus sebagai seorang pengajar, karena Simon tahu atau kenal Yesus juga sebelumnya, oleh karena itu pada saat Yesus naik ke perahunya dan menyuruh/meminta Simon dan seisi kapal menjauhkan perahu dari pantai, mereka tidak menolak dan marah melainkan mereka mengikuti kata Yesus yang mereka kenal lebih dahulu sebagai seorang guru itu. Hal ini diperkuat juga apabila memang mereka sudah mengenal Yesus terlebih dahulu pada saat mereka bertemu di Sungai Yordan, beberapa saat setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes, guru terdahulu merekayang telah mengenalkan Yesus sebagai “Anak Domba Allah.” Ini juga kemudian mendasari alasan Simon dan rekan-rekan nelayan lainnya mengikuti perintah Yesus untuk menebar jala lagi, padahal sudah semalaman mereka menebar dan tidak mendapatkan hasil – suatu perintah yang sepertinya sia-sia dan membuang tenaga saja, namun karena kepatuhan itu jugalah akhirnya mereka boleh mengalami pengalaman Ilahi dengan Yesus. Dari pengalaman ini akhirnya mereka mengakui Yesus sebagai Tuhan dan mengikut Dia, mengiring Dia sebagai murid-muridNya yang sejati.
Dengan memahami bahwa panggilan Petrus bersifat bertahap, kita dapat melihat bagaimana Yesus membentuknya perlahan-lahan—dari seorang nelayan biasa menjadi pemimpin gereja mula-mula. Tentu prosesnya tidak hanya berbicara saat-saat panggilan, dapat dilihat bahwa Petrus mengalami berbagai hal saat mengiring Tuhan Yesus yang akhirnya membentuk Petrus menjadi pribadi yang lebih Tangguh dan bertanggungjawab sesuai maksud Tuhan.
Refleksi: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Terkadang panggilan Tuhan terjadi dalam beberapa tahap.
Seperti Petrus, kita mungkin pertama kali hanya sekadar mengenal Yesus, sebelum akhirnya benar-benar berkomitmen kepada-Nya. Kemudian Ketika kita sudah menjadi orang percaya, ada kalanya kita perlu menjalani proses demi proses untuk menjadi murid Tuhan yang dewasa dalam iman kepada Tuhan Yesus.
Petrus rela meninggalkan segalanya untuk mengikut Yesus.
Ia meninggalkan jala, pekerjaannya, bahkan keluarganya. Dia menaruh perihal mengikut Yesus sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Terlihat juga Petrus beberapa kali menjadi murid yang menonjol dalam hal membela Yesus – terutama pada saat penangkapan Yesus, dia memotong telinga seorang prajurit yang bernama Malkus.
Kita Sering Gagal Karena Lemah, Namun Kuasa Tuhan Menjadi Dasar Kekuatan Iman Kita
Seperti Petrus yang seringkali lemah dan gagal karena banyak hal, tetapi akhirnya menyerahkan hidupnya setelah menyaksikan kuasa Yesus – bahkan sampai menyaksikan Yesus yang bangkit dari kematian, menang atas maut. Petrus berkali-kali gagal memenuhi kesesuaian maksud Tuhan: Petrus ragu saat jalan di atas air karena angin yang kencang (Matius 14); gagal memahami rencana keselamatan Tuhan dalam pribadi Yesus (Matius 16:21-23); Tidur saat Yesus mengajaknya berdoa dan berjaga-jaga (Matius 26:35) menyangkal Yesus (Matius 26:69-75). Namun pada akhirnya juga Tuhan Yesus memberikan kesempatan dan menguatkan Petrus, Yesus memulihkan panggilan dan menguatkan iman Petrus dengan kuasa-Nya.
[1] Hal ini pun sejajar dengan pandangan Alkitab dalam Yohanes 1:28 bahwa Yohanes melakukan aksinya di Betania, Seberang Sungai Yordan, bukan di Betania yang berada di dekat Yerusalem (tempat tinggal Maria, Martha dan Lazarus) jaraknya kurang lebih 2 mil dari kota Yerusalem, dan ini tidak mengindikasikan bahwa kota ini tidak berada di Seberang Sungai Yordan.
Nama Bethabara muncul dalam Codex Alexandrinus, beberapa versi dari Teks Mayoritas, dan dalam tulisan Origenes (abad ke-3 M). Origenes menyatakan bahwa "Betania" dalam Yohanes 1:28 adalah kesalahan salinan, karena tidak ada tempat dengan nama itu di dekat Sungai Yordan, sehingga ia menggantinya dengan Bethabara, yang berarti "tempat penyeberangan".
[2] ἐπιστάτης – memang bisa berarti lain, dalam konteks Helenis masa itu kata ini juga merujuk kepada pengawas atau utusan Raja, juga bisa kepada tamu yang tidak mereka kenal. Oleh karena itu diartikan sebagai “Master” atau “Tuan” juga bisa. Namun pada konteks ini, memang berbeda, juga pada saat murid-murid memanggil Yesus sebagai Guru dalam Lukas 8:24, Lukas 9:49-50 menggunakan ἐπιστάτης.