Mengapa kesunyian begitu penting dalam kehidupan rohani? Bagaimana kita dapat meneladani Yesus dalam menarik diri untuk bersekutu dengan Bapa?
Prapaskah, Waktu untuk Diam di Hadapan Allah
Masa Prapaskah adalah masa refleksi dan persiapan hati menjelang Paskah. Ini bukan sekadar tradisi, tetapi waktu di mana kita diajak untuk kembali merenungkan penderitaan Kristus, mengenali dosa kita, dan membangun kedekatan dengan Allah. Salah satu disiplin rohani yang sering diabaikan dalam perjalanan iman kita adalah kesunyian dan perenungan.
Richard J. Foster dalam bukunya Celebration of Discipline menulis:
"Kesunyian adalah salah satu disiplin paling mendalam yang membawa kita ke tempat di mana kita dapat mendengar suara Allah dengan lebih jelas."
Namun, kesunyian bukan hanya tentang berhenti berbicara. Kesunyian adalah sebuah kondisi batin, di mana kita membiarkan Allah bekerja tanpa gangguan kebisingan dunia. Kondisi ini menjadi penting ketika seorang anak Tuhan benar-benar memikirkan secara serius untuk membangun hubungannya dengan Bapanya.
Kesunyian dalam Kehidupan Yesus: Meneladani Gaya Hidup Sang Guru
Yesus adalah teladan utama dalam hal menarik diri untuk mencari hadirat Bapa. Berkali-kali dalam Injil, kita melihat bagaimana Yesus memilih kesunyian sebagai tempat persekutuan-Nya dengan Allah.
Yesus Berdoa di Tempat Sunyi Sebelum Memulai Pelayanan-Nya
Markus 1:35: "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."
Setelah hari yang sibuk menyembuhkan orang sakit dan mengajar, Yesus sengaja meluangkan waktu untuk menyendiri dan bersekutu dengan Bapa-Nya.
Yesus Berpuasa di Padang Gurun selama 40 Hari
Matius 4:1-2: "Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Ia."
Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus memilih kesendirian dan puasa, bukan sebagai beban, tetapi sebagai persiapan rohani. Hal ini dapat dilihat sebagai konteks yang menarik, karena kejadian ini ditulis oleh Injil Matius tepat setelah Yesus dibaptis dan sebelum akhirnya Yesus pergi melaksanakan misinya ke Galilea.
Yesus Menyendiri Setelah Pelayanan yang Melelahkan
Matius 14:23: "Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ."
Meskipun sibuk dengan pelayanan, Yesus selalu meluangkan waktu untuk kembali kepada Bapa dalam keheningan.
Yesus di Taman Getsemani: Menyendiri di Saat-saat Tersulit
Matius 26:36-39: "Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: 'Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.'"
Dalam kesunyian Getsemani, murid-murid yang menemani-Nya pun tertidur, Yesus berdoa dengan penuh pergumulan, namun tetap berserah kepada kehendak Bapa.
Mengapa Kesunyian Penting dalam Membangun Hubungan?
Richard Foster menekankan bahwa kesunyian bukan sekadar "menjauh dari dunia", tetapi sebuah tindakan aktif dalam mencari Tuhan:
"Disiplin kesunyian dan kesendirian membawa kita ke tempat di mana kita dapat mendengar Allah berbicara ke dalam hati kita, membentuk kita dalam kasih karunia-Nya."
Saat ini, masa Prapaskah mengundang kita untuk mengikuti teladan Yesus dalam menarik diri sejenak dari kebisingan dunia, agar kita dapat lebih mendengar suara Allah. Tanpa kesunyian, kita sering terjebak dalam rutinitas yang hanya memenuhi kepala kita dengan berbagai informasi, tetapi tidak membiarkan hati kita diubah. Seringkali kita datang bersekutu, menaikkan pujian, mendengar Firman Tuhan, datang ke gereja hanya untuk mendapatkan motivasi namun sangat disayangkan jika tidak terjadi transformasi.
Bagaimana Kita Bisa Mempraktikkan Disiplin Kesunyian?
Berikut beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan:
Menjadwalkan Waktu Hening Setiap Hari
Pilih waktu dalam sehari untuk berdiam diri tanpa gangguan gadget, televisi, atau percakapan. Carilah ruang untuk intim dengan Allah. Mulailah dengan 5-10 menit sehari, lalu bertahap lebih lama.
Merenungkan Firman Tuhan dalam Keheningan
o Pilih bagian Alkitab yang berbicara tentang penderitaan Kristus (khusus masa Prapaskah, untuk menolong penghayatan iman pada momen menjelang Jumat Agung). Bacalah perlahan, renungkan, dan biarkan Roh Kudus berbicara.
o Bisa juga dengan buku panduan saat teduh – Buku Panduan NYEDUH! juga menyediakan renungan mingguan yang diharapkan bisa membangun mezbah keluarga.
Melakukan Doa Hening (Contemplative Prayer)
Doa ini bukan tentang banyaknya kata-kata, tetapi tentang diam di hadapan Tuhan dan membuka hati kita bagi-Nya. Dalam bukunya, Foster menulis: "Doa hening bukan tentang memohon lebih banyak hal kepada Tuhan, tetapi tentang membiarkan diri kita ada di hadirat-Nya." Dia mengajak kita untuk hening dan merasakan ketenangan di hadapan Tuhan.
Mengurangi Kebisingan Digital
Ini Penting, matikan notifikasi media sosial, batasi konsumsi berita, dan kurangi gangguan yang mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang tidak penting. Karena media sosial, berita hanya memberikan hiruk-pikuk dunia yang tidak kita perlukan namun menjadi beban informasi dan olah pikiran dalam benak kita.
Menjalani Retret Pribadi
Jika memungkinkan, luangkan waktu satu hari penuh untuk menyendiri, membaca Alkitab, dan berdoa tanpa gangguan eksternal. Bisa di rumah saja namun untuk membangun suasana dan konsentrasi, alangkah baiknya jika dapat pergi ke tempat yang tenang – seperti rumah retreat atau sebagainya sesuai kenyamanan masing-masing. Namun perlu diingat, meluangkan waktu untuk menyendiri bukan untuk jalan-jalan santai, tetapi untuk hening, tenang dan membangun hubungan dengan Allah.
Refleksi: Apakah Kita Takut Akan Kesunyian?
Sering kali, kita menghindari kesunyian karena:
Kita takut menghadapi diri sendiri dan dosa-dosa yang belum diselesaikan. Kesunyian seringkali mengingatkan akan dosa-dosa atau penyesalan dalam diri.
Kita terbiasa dengan distraksi dan tidak tahu bagaimana mendengarkan suara Tuhan. Mengubah kebiasaan dengan disiplin kesunyian akan membantu kita merasakan suara Tuhan yang sering diabaikan karena kebisingan dunia.
Kita merasa bahwa Allah diam, Allah jauh dariku, padahal dalam keheningan, kita bisa belajar mendengar-Nya dengan lebih jelas.
Pdt. Joy Manik mengatakan bahwa “ketika kamu merasa hidupmu sedang jauh dari Tuhan, sebenarnya disanalah Tuhan sedang berada sangat dekat denganmu dan DIA merindukanmu!” Saat muncul perasaan tidak terdengar suara Allah, kuncinya bukan menjauh dan meninggalkan Dia, namun seharusnya kita mendekat kepada-Nya dan melekat dalam Allah selalu.
"Kesunyian bukanlah kekosongan. Justru dalam keheningan, kita menemukan kepenuhan hadirat Allah."
- Richard J. Foster
Kesimpulan: Kesunyian sebagai Waktu untuk Mendengar Allah
Dalam dunia yang penuh kebisingan, kesunyian bukanlah kemewahan, tetapi kebutuhan. Yesus sendiri menarik diri untuk mencari Allah dalam keheningan, dan kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama.
Disiplin Kesunyian adalah kesempatan untuk belajar berdiam diri di hadapan Tuhan, membiarkan Dia berbicara ke dalam hati kita, dan mempersiapkan diri kita untuk mengalami kuasa kebangkitan Kristus dengan hati yang baru.
Mari kita menggunakan masa ini untuk menghidupkan kembali disiplin kesunyian, bukan sebagai beban, tetapi sebagai anugerah yang membebaskan. Dalam keheningan, kita akan menemukan Tuhan.