Novel Indonesia Layar Terkembang merupakan salah satu karya sastra fenomenal di awal abad ke-20. Terbit pada 1937, novel roman karangan Sutan Takdir Alisjahbana ini jadi jembatan ke era pujangga baru yang mengusung semangat idealis dan kebebasan berpendapat. Uniknya, meskipun ditulis oleh seorang pria, narasi Sutan mengedepankan karakter wanita kuat berjiwa feminis.

Bagian akhir dari novel Indonesia Layar Terkembang memang memiliki pelintiran alur yang mungkin tak terduga untuk sebagian pembaca. Bagi beberapa pembaca, mungkin progres narasi tersebut cenderung mundur ke belakang, terutama setelah mengikuti penokohan Tuti yang progresif dan idealis. Simak salah satu perkataan Tuti yang membekas dalam novel,


Download Novel Layar Terkembang Pdf


DOWNLOAD 🔥 https://shurll.com/2y3iL6 🔥



Narasi Layar Terkembang bergulir secara horizontal, perpindahan plot terjadi secara organik dan linear, dijabarkan dalam tatanan bahasa modern (pada saat itu) dengan kecenderungan penggunaan rangkaian kata berbunga-bunga. Mayoritas kritisi novel Indonesia ketiga karangan Sutan Takdir Alisjahbana ini ditujukan pada penggambaran dan ideologi karakter yang dianggap sebagai inti kisah dari sang penulis.

Tak dimungkiri Sutan Takdir Alisjahbana juga terkesan mengemas suatu esai dalam wujud novel roman. Suatu esai yang mengumbar semangat kemerdekaan, kebebasan, liberalisme, dan modernisasi; tak hanya melalui karakter Tuti tapi juga Maria dan Yusuf.

Kecintaan Sutan Takdir Alisjahbana pada bahasa Indonesia terpampang jelas pada tiap halaman Layar Terkembang. Bahkan bisa dibilang gaya bahasanya adaptif yang mengacu pada karakter: mendayu-dayu dan romantis kala bercerita tentang Maria, dan lugas dan membara dengan Tuti. Tak hanya narasi linear, tapi dalam novel ini Sutan juga menyajikan bentuk syair dan korespondensi surat-menyurat dalam menyampaikan cerita.

Menurut beberapa ahli, novel ini merupakan salah satu ciri khas dari kelahiran periodisasi Pujangga Baru. Novel ini dianggap unik karena dianggap salah satu cerita yang baru mengangkat setting di luar kota Melayu, melainkan di Batavia. Cerita yang diangkat merupakan masalah seorang kakak adik yang memiliki latar belakang berbeda dalam memandang kehidupan. Tokoh Maria (adik) dengan sifat periang dan mudah mengagumi, sedangkan tokoh Tuti (kakak) dengan sifat yang tegas dalam memandang suatu hal dan memiliki kriteria yang tinggi untuk menilai sesuatu merupakan dua kolaborasi sifat yang unik dalam penokohan yang diciptakan oleh pengarang.

Novel ini mengisahkan perjuangan wanita Indonesia dalam mencapai cita-citanya. Roman ini termasuk novel modern ketika sebagian besar masyarakat Indonesia masih dalam pemikiran lama (1936). Novel ini banyak memperkenalkan masalah wanita Indonesia dengan benturan-benturan budaya baru, menuju pemikiran modern. Hak-hak wanita, yang banyak diusung oleh budaya modern dengan kesadaran gender, banyak diungkapkan dalam novel ini dan menjadi sisi perjuangannya seperti berwawasan luas dan mandiri. Di dalamnya juga banyak memperkenalkan masalah-masalah baru tentang benturan kebudayaan antara barat dan timur serta masalah agama.

Layar Terkembang (With Sails Unfurled) is an Indonesian novel by Sutan Takdir Alisjahbana. Published in 1936 or 1937 by Balai Pustaka, it tells the story of two sisters and their relationship with a medical student. It has been noted as emphasizing the need for Indonesians to adopt Western values in order to modernize the country.

Contemporary poet Sanusi Pane contested Alisjahbana's pro-Western stance in the novel, noting that it was dangerous to unthinkingly adopt Western values; he argued that the best way to enter modernity would be to combine Western materialism with Eastern spiritualism.[5] In response, Alisjahbana noted that the West had spiritualism and stated that insisting on using Eastern spiritualism was uninformed self-deception. He pressed that a proper education was the foremost way for Indonesians to prepare for the "international culture" based on individualism and positivism.[6] Siregar notes that certain characters seem to be direct challenges to the concepts of feudalism of Mangkunegara IV and the Indian mysticism of Pane.[3]

Dutch scholar of Indonesian literature A. Teeuw notes that Layar Terkembang is one of the three most important Indonesian works written before World War II, together with Salah Asuhan and Belenggu. He writes that the novel shows the shift in focus from the conflict between individuals and traditional culture to a nationalist awakening in the youth as well as a budding feminist movement.[8]

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berkaitan dengan citraan perempuan dalam novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana dengan Kajian Feminisme. Permasalahan penelitian dibatasi kepada aspek-aspek citraan perempuan antara lain: (1) Citra diri perempuan yang terdiri atas a) citra fisik perempuan dan b) citra psikis perempuan, (2) Citra sosial perempuan yang terdiri atas a) citra perempuan dalam keluarga dan b) citra perempuan dalam masyarakat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis konten (isi). Sumber data atau objek penelitian adalah novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik baca, catat, klasifikasi, analisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan citra perempuan pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahban yang terdiri dari aspek diri dan sosial berjumlah 68 data dengan rincian (1) Citra diri perempuan berjumlah 36 yang terdiri atas a) citra fisik perempuan berjumlah 21 dan b) citra psikis perempuan berjumlah 15, sedangkan (2) Citra sosial perempuan berjumlah 32 yang terdiri atas a) citra perempuan dalam keluarga berjumlah 15 dan b) citra perempuan dalam masyarakat berjumlah 17 data.

Layar Terkembang merupakan novel terpenting karya Sutan Takdir Alisjahbana yang terbit pertama kali tahun 1936 oleh Balai Pustaka sebagai cetakan I. Tahun 1963 Novel tersebut terbit pula di Kuala Lumpur. Dalam roman tersebut, Takdir melalui tokoh utamanya, Tuti, menyampaikan pendapat dan pandangannya tentang peranan perempuan dan kaum muda dalam membangun bangsa.

Selanjutnya, Faruk (2002) menyimpulkan bahwa dalam novel tersebut terdapat dua suara yang ingin dikemukakan sesuai dengan gagasan mengenai sintetis antarkutub yang bertentangan. Pertama, pandangan bahwa kesatuan dengan alam manusia dapat menerobos apa pun, menaklukkan segala rintangan dengan mudah. Kedua, pandangan hidup ini adalah perjuangan yang penuh rintangan. Kedua suara tersebut ternyata tidak menyatu, tetapi saling menihilkan. Hal yang menonjol bukanlah gagasan mengenai perjuangan, pertentangan, dan rintangan, melainkan ketenangan dan ketercapaian segala sesuatu dengan mudah tanpa harus melalui perjuangan, rintangan, dan kerja. Layar Terkembang bukan mengangkat dunia nyata yang penuh perpecahan, pertentangan, perjuangan, dan rintangan, seperti yang secara konseptual berulang kali dikemukakan, melainkan jurstru menihilkannya dengan memberikan tekanan pada dunia ideal yang surgawi dan konsumtif, tempat segala sesuatu dapat diperoleh dengan mudah.

This study is aiming to investigate (1) the symbolic meaning of the protagonist in Sutan Takdir Alisyahbana's novel of Layar Terkembang; (2) the symbolic meaning of the title of Layar Terkembang novel; and (3) the difference between the symbolic meaning of the former Layar Terkembang novel and its current one. This study used qualitative method. The results of this study prove that the figure of Maria is a symbolic meaning of past traditional Indonesian culture; meanwhile, the figure of Tuti is a symbolic meaning of modern Indonesian culture, sophisticated to Western-style, dynamic industrialization, and high emancipation. Then, the title of Layar Terkembang is a symbol of efforts to develop intellectualism, industrialization, individuality, science and technology, and information and communication to sophisticated systems. The study also proves that the former Layar Terkembang used to be based on the spirit for Indonesian independence; now is based on the spirit to develop the country in various fields.

Novel Layar Terkembang merupakan karya paling fenomenal dari Sutan Takdir Alisjahbana. Teeuw (1980) menganggap bahwa Layar Terkembang merupakan karya penting ketiga di antara roman-roman sebelum perang. Sampai saat ini, penikmat sastra tidak pernah habis membahas novel tersebut. Layar Terkembang pertama kali terbit tahun 1936 oleh penerbit Balai Pustaka. Sejak saat itu sampai dengan saat ini apresiasi dan tanggapan terhadap novel Layar Terkembang terus bermunculan dari kalangan sastrawan dan akademisi

Novel Layar Terkembang menceritakan tentang perjuangan dan kegigihan wanita Indonesia dalam menggapai cita-citanya. Novel ini banyak memperkenalkan masalah-masalah para wanita Indonesia dengan benturan-benturan budaya baru menuju pemikiran moderen. Hak-hak wanita yang diremehkan oleh budaya modern dengan kesetaraan gender banyak diungkapkan dalam novel ini dan menjadi sisi perjuangannya seperti berwawasan luas dan mandiri.

Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis pandangan dunia pengarang novel Layar Terkembang dapat dianalisis melalui aspek: 1) tema cerita, 2) perbedaan watak tokoh Tuti dan Maria, dan 3) permasalahan pandangan masyarakat priyayi dan kaum berpendidikan dalam menjalankah ibadah dan aturan keagamaan. Sementara itu, harapan dan cita-cita pengarang tentang pembangunan bagi Indonesia baru dimulai dari bersatunya tokoh Yusuf dan Tuti. Kedua tokoh pemuda inilah yang pada akhirnya yang memenuhi harapan pengarangnya Sutan Takdir Alisjahbana untuk mengisi pembangunan bagi Indonesia baru.

The problem to be discussed in this research is how the analysis of the novel Layar Terkembang by St. Alisjahbana's destiny in personality psychology approaches. Novels are works of fiction that reveal deeper aspects of humanity and are presented in a subtle way. Novel is defined as giving a firmer concentration of life, with romance which is defined as a broader design. Personality psychology is a branch of psychology that discusses and studies the nature and character of individuals as a unique personality that differs from one individual to another. The reason the researcher conducts research on the novel Layar Terkembang is because it tells the struggle of Indonesian women in terms of the id, ego, and superego. In this novel there is a psychological approach to the author's psychology and the content of the story in the novel, so that the reader feels more immersed in the novel Layar Terkembang. The purpose of this study is to describe the analysis of the novel Layar Terkembang by St. Alisjahbana's destiny in personality psychology approach. This type of research is a qualitative research using descriptive method. The data of this research are the quotations in the novel Layar Terkembang. In this study, the data source used by the researcher was the novel Layar Terkembang. From the research data findings, the researcher found 19 data. The psychology of literature on the personality of the character is about the id, there are 6 data, the ego has 7 data, and the superego has 6 data. The conclusion of the research on the literary psychology of the character's personality from all the characters in the main character and additional characters shows that the personality of the "ego" character is the most dominant. ff782bc1db

download emergency 2017 pc

download android cleaner

baldur 39;s gate 2 enhanced edition ita download

download do app twitch

10 000 hours lyrics video download