In 1966, the group performed for the first time on . The group was named Trio Bimbo by Hamid Gruno of TVRI. The trio performed Consuelo Velazquez's "Besame Mucho" and Elpido Ramirez's "Malaguenna Salerosa".[1][2]

Buku diskografi yang bertajuk 70 Tahun Alunan Nada Iin Parlina itu berisi ratusan lagu yang pernah dinyanyikan dan direkam selama kariernya di dunia tarik suara sejak 1965 hingga sekarang. Perilisan diskografi ini dilaksanakan pada19 November 2022, di Hotel Gran Mahakam, Jakarta.


Download Lagu Iin Parlina Bimbo Mp3


Download File 🔥 https://urlgoal.com/2y4ONz 🔥



Diskografi ini merupakan sebuah buku yang di dalamnya berisi kisah perjalanan karier seorang Iin Parlina, sekaligus katalogisasi karya yang telah diterbitkan ke publik dalam bentuk single dan album. Di dalamnya ada informasi lengkap mengenai artis yang terlibat, waktu dan tempat rekaman, judul dan daftar lagu yang dibawakan, hingga waktu rilis.

Pada tahun 1966, kumpulan itu membuat persembahan buat kali pertama pada . Kumpulan itu dinamakan Trio Bimbo oleh Hamid Gruno dari TVRI. Ketiga-tiga mereka mempersembahkan "Besame Mucho" Consuelo Velazquez dan "Malaguenna Salerosa" Elpido Ramirez.[1][2]

Bimbo adalah sebuah grup musik asal Bandung Indonesia yang didirikan sekitar tahun 1966. Personel Bimbo terdiri atas tiga bersaudara kakak beradik Sam Bimbo (Lahir 6 Mei 1942), Acil Bimbo (Lahir 20 Agustus 1943), dan Jaka Bimbo (Lahir 1 Mei 1946), tiga bersaudara ini yang dipengaruhi oleh Bee Gees. Dan dalam perkembangannya kemudian ditambah oleh adik perempuan mereka Iin Parlina (Lahir 1 November 1952). Mereka bersenandung tentang cinta. Bercanda dalam lagu, mulai soal kumis, tangan, mata, sampai calon mertua atau membuat satire sosial. Tetapi, Bimbo juga bicara tentang Tuhan lewat lagu Tuhan.

Dilahirkan di kota Kembang Bandung, anak-anak dari pasangan Raden Dajat Hardjakusumah (1916-1968) dan Oeken Kenran (1921-1999). Sjam si anak sulung dari kecil suka menyanyi. Hal itu diikuti oleh adik-adiknya yang juga suka ikut menyanyi. Di pertengahan 1950-an Sjam (kemudian diubah ejaannya menjadi Syam atau Sam) dan Atjil (kemudian diubah ejaannya menjadi Acil) dulu adalah pengagum Sam Saimun, seorang penyanyi Indonesia terkenal masa itu. Menjelang akhir 1950-an lagu-lagu Elvis Presley mulai masuk ke Indonesia. Mereka yang masih remaja kala itu pun ikut terkontaminasi. Dari sebelumnya bergaya seriosa ala Pavarotti, mereka terkena pengaruh musik rock ala Elvis.

Setelah lulus SMA, pertengahan tahun 1950-an sampai 1960-an mereka mulai membangun karier bermusik secara serius. Pada tahun 1961 band mereka berubah nama menjadi Band Aneka Nada. Sjam dan Atjil menjadi vocalistnya. Putera presiden RI pertama Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra pun bergabung, karena mereka kebetulan sama-sama kuliah di ITB. Aneka Nada anggotanya kala itu terdiri dari Sjam (vokal), Atjil (vokal dan gitar), Guntur (gitar), Iwan (bass), Jessy Wenas (gitar dan penyanyi), Indradi (drummer), dan Memet Slamet (vokal). Aneka Nada banyak memainkan musik berirama Amerika Latin yang berirama Cha-Cha seperti lagu Trio Los Ponchos. Sedikit-sedikit ada juga lagu Barat yang berirama rock, tetapi tidak banyak karena ada larangan musik ngak ngik ngok pada masa itu.Band ini berhasil membuat rekaman pertama berjudul Kampungku yang direkam oleh Lokananta di Solo.[1] Lagu itu kemudian diputar di RRI Bandung dan kota lainnya yang membuat mereka cukup dikenal. Mereka pun sempat melakukan tur ke berbagai kota di Indonesia. Sempat pula terjadi perubahan formasi personel pada band ini dengan keluarnya Iwan pada bass digantikan oleh Atjil.

Ketika Yanti Bersaudara berjaya, band Aneka Nada malah bubar pada tahun 1965. Perbedaan visi di antara mereka membuat band ini tidak bisa dipertahankan. Sjam dan Atjil sempat vakum untuk beberapa saat. Sementera Yessy Wenas, Guntur Soekarno, Dodo, dan Memet Slamet membentuk sebuah band baru bernama Kwartet Bintang. Band ini sempat terkenal dengan lagu-lagu band ini seperti Puteri Malu, Si Gareng, Taman Rindu, dll cukup dikenal masyarakat saat itu.[3]

Di tengah kesuksesannya, Iin, Yani, dan Tina menggagas untuk memberi hadiah gitar kepada ketiga kakak laki-lakinya. Mereka memesan tiga gitar pada pembuat gitar terkenal di Bandung, yaitu Oen Peng Hok, di bilangan Jalan Kopo. Gitar Peng Hok itu dimaksudkan mereka sebagai pemacu semangat untuk ketiga abangnya. Sejak itu tiga bersaudara itu semakin giat berlatih. Mereka mulai berlatih memainkan lagu-lagu Latin. Akhirnya Sjam dan adiknya Atjil membentuk sebuah band sendiri dengan mengajak adik laki-laki mereka Djaka (ejaan lama kemudian diubah menjadi Jaka).

Belakangan mereka mengubah nama Trio Los Bimbos ini menjadi Trio Bimbo agar lebih berkesan lokal. Pada awalnya Trio Bimbo banyak dipengaruhi Musik Latin. Menurut mereka lagu-lagu Latin itu dekat dengan tembang Sunda. Lagu Latin banyak pakai Perkusi dan tembang Sunda banyak pakai Gendang. Kedekatannya juga pada nada minor yang dominan[2]

Kesuksesan rilis album I itu menjadikan mereka mulai dikenal oleh pecinta musik nasional. Mereka pun kemudian bersemangat untuk meluncurkan album-album berikutnya. Perusahaan Remaco pun mengubah keputusannya. Mereka manarik Bimbo untuk bekerja sama dalam merekam dan memasarkan album-album Bimbo berikutnya. Di era tahun '70-an, Bimbo memang identik dengan lagu-lagu balada yang cenderung berpola minor dengan lirik-lirik puitis. Hal ini menjadikan mereka unik dan disukai para penggemarnya. Prinsip mereka adalah pemusik ingin berkarya dengan bagus dan ingin diterima masyarakat. Hingga meluncurlah berbagai album secara susul menyusul ke pasaran memenuhi keinginan para pecintanya yang seolah menantikan terbitnya album baru Bimbo. Hubungan kerja Bimbo dengan Remaco berakhir tahun 1978. Tak lama sebelum kemudian Remaco tutup. Setelah itu, mereka berpindah ke studio-studio rekaman lain yang telah menanti untuk bekerja sama dengan mereka.

Memasuki era '80-an, Bimbo mulai bermain dengan lagu-lagu dengan tema-tema kritik sosial seperti Antara Kabul dan Beirut atau Surat untuk Reagan dan Brezhnev. Namun, di sisi lain ciri khas sebagai kelompok religius pun melekat erat.[6] Dari situ melekat pula lagu-lagu religiusnya yang mudah diterima oleh pasar. Berawal dengan lagu Tuhan karya Sam Bimbo dan berlanjut dengan album Qasidah di sekitar tahun 1974, Sajadah (1977), dan lain-lain. Lagu-lagu tersebut menjadi lagu yang melegenda dan kerap dinyanyikan dalam moment-moment Hari Raya Islam oleh Bimbo maupun oleh penyanyi lain di televisi, radio, dsb. Bahkan lagu-lagu mereka sudah banyak yang dirilis ulang oleh para penyanyi lain pada era '90-an - 2000-an, misalnya kelompok Gigi (grup musik), dsb.

Dalam perjalanan kreatif, Bimbo didukung sejumlah seniman, seperti Iwan Abdulrachman yang banyak menulis lagu, seperti Melati dari Jayagiri sampai Flamboyan. Dalam perjalanan musiknya, Bimbo juga banyak menjalin kolaborasi dengan sederet sastrawan seperti Wing Kardjo dan Taufiq Ismail. Bimbo awalnya diperkenalkan oleh sastrawan Ramadhan KH kepada penyair Taufiq Ismail. Proses mengalir begitu saja, penyair Taufiq Ismail bersedia puisinya dilagukan Bimbo, seperti Dengan Puisi, Rindu Rasul, sampai Sajadah Panjang. Mereka memberi warna tersendiri pada khazanah musik pop negeri ini lewat lagu berlirik puitis dan bernuansa religius. Sebenarnya dalam membuat lagu-lagu religi/Islami tanpa kerja sama dengan sastrawan/ulama pun Bimbo bisa. Tetapi karena lagu-lagu ini perlu kesungguhan yang lebih, maka yang dikejar adalah hasil yang lebih berbobot. Itulah sebabnya kerja sama ini dilakukan.Pada tahun 2007, Bimbo merilis sebuah album baru yang antara lain menampilkan karya terbaru Taufiq Ismail yang berpola kritik sosial yaitu Jual Beli dan Hitam Putih.

Secara sadar Bimbo telah lama berkomitmen dengan masalah lingkungannya. Pada saat-saat awal perjalanan Pak Emil Salim (Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, saat itu) mereka telah membuat album khusus tentang masalah lingkungan, antara lain tentang Sungai Ciliwung, Harimau Jawa, Cendrawasih, tentang Kependudukan, dan sebagainya. Kekecewaan Bimbo sampai hari ini adalah pada kondisi lingkungan hidup di Indonesia semakin rusak, telah mereka tuangkan dalam lagu mereka di masa itu.

Tidak melulu cinta kasih atau dakwah, sebagian lagu-lagu mereka juga tajam mengkritik kondisi sosial politik negeri ini, seperti "Tante Sun" ciptaan Jaka yang bikin gemas penguasa Orde Baru saat itu.[4] lagu "Tante Sun" adalah awal kritik terhadap rezim Orde Baru sehingga sambutan dari masyarakat begitu baik. Lagu itu menjadi lagu Marching Band ITB dalam event nasional di Jakarta. Lagu itu kemudian dicekal rezim Orba.

Bimbo adalah jalan panjang yang melegenda. Selama lebih dari 40 tahun berkarya mereka melahirkan sekitar 800 lagu dalam 200 album. Bimbo juga pernah merilis album Pop, Keroncong, Dangdut, Klasik Melayu, Pop Sunda, dan tentu saja lagu-lagu rohani yang selalu saja hadir seperti saat kembalinya Ramadhan setiap tahun.

Raden Muhammad Samsudin Dajat Hardjakusumah (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 6 Mei 1942) atau lebih dikenal dengan Sam Bimbo. Sam adalah anak pertama dari 7 bersaudara sekaligus menjadi pendiri dan pimpinan grup ini. Alumni ITB Seni Rupa ITB lulusan tahun 1968. Beberapa lagu ciptaannya yang terkenal seperti Tuhan (Sam Bimbo), Rindu Rasul (Sam Bimbo, Taufik Ismail) menjadi lagu yang melegenda.

Selain sebagai musisi ia juga kerap berkarya dalam disiplin ilmunya. Dalam bidang seni lukis pernah mengadakan pameran tunggal di Indonesia tahun 1970, 1992, dan 2007. Sam beristrikan Rubaah Samsudin dan dianugrahi 4 orang anak serta 5 cucu. Anaknya yang bungsu bernama Asri Dewi Lestari atau Achi SHE adalah salah satu personel grup musik wanita asal Bandung, SHE Band. Sebelumnya, pada tahun 1996, Asri pernah pula membawakan ulang lagu milik Bimbo yang berjudul Abunawas.

Raden Jaka Purnama Dajat Hardjakusumah, SE. atau Jaka Bimbo (lahir di Bandung, Jawa Barat, 1 Mei 1946) adalah salah satu personel dari grup musik Bimbo yang paling pendiam. Menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 1972. Jaka adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara dan beristrikan Novani Paramitha dan dianugrahi 3 orang anak. Beberapa lagu Bimbo yang diciptakan Jaka, antara lain Tante Sun, Surat Untuk Reagen dan Brezhnev, Antara Kabul dan Beirut, Citra, Sajadah Panjang, dll. e24fc04721

diana hamilton new song 2023 mp3 download

super mario bros run apk download

mp3.pm juice download

dj fresh songs 2004 download

google meet background change in mobile app download