Sektor Tekno Arkeologi secara umum bertanggung jawab dalam pembongkaran (dismantling) batu-batu candi khususnya batu-batu luar, dan kemudian pembangunannya kembali. Pada awal terbentuknya Proyek Pemugaran Candi Borobudur tahun 1972, terdapat 8 sektor dimana untuk pekerjaan yang bersifat teknis dibagi menjadi dua yaitu Sektor Arkeo-Metrografi dan Sektor Tekno Arkeologi. Sektor Arkeo-Metrografi bertugas untuk melakukan pengukuran dan penggambaran. Sedangkan sektor Tekno Arkeologi pada awalnya secara sempit hanya bertugas melakukan penggalian, pemilihan batu, dan pencarian serta pencocokan batu Selain itu, Sektor ini juga menjadi cikal bakal sekaligus tempat pelatihan bagi para staf tekno-arkeologi untuk mengembangkan metode pengukuran dan penggambaran dengan pendekatan fotogrammetri. Pemisahan sektor ini didasarkan pada kebijakan untuk meningkatkan pekerjaan pengukuran dan penggambaran sebagaimana direkomendasikan oleh para tenaga ahli asing sehubungan dengan metode pemugaran yang masih baru. Pada pertengahan tahun 1973, sektor Arkeo-Metrografi dihapus dan dilebur ke dalam sektor Tekno Arkeologi, oleh karena tugas khususnya dalam bidang pengukuran telah selesai sedangkan pekerjaan ini dapat dilanjutkan secara biasa bersama dengan tugas-tugas teknis lainnya dari sektor Tekno Arkeologi.

Untuk menunjang terlaksananya kegiatan sebagaimana diharapkan, sebanyak 40 orang lulusan STM dari bangunan gedung secara bertahap telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di bidang tekno arkeologi selama 3 tahun dimulai pada tahun 1971. Dalam menjalankan tugasnya, khususnya di bagian pelaksanaan pemugaran, kader teknisi di bidang tekno arkeologi dibantu oleh tukang dan pembantu tukang yang jumlahnya mencapai 250 orang. Tukang dan pembantu tukang dalam hal ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam melakukan pekerjaan pemugaran sepserti cara membongkar dan memasang kembali batu candi, cara mengangkat dan mengangkut batu candi, serta cara mencocokkan batu temuan atau batu candi yang terlepas dari ikatannya. Secara umum, Sektor Tekno Arkeologi memiliki jumlah personel terbesar didalam struktur Proyek Pemugaran Candi Borobudur, dimana jumlahnya mencapai sekitar 700 orang.


Download Gambar Candi Borobudur


Download File 🔥 https://tlniurl.com/2yGcyd 🔥



Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur dan memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kmadhtu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya para peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-10 seiring dipindahnya pusat Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran (perbaikan kembali). Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun waktu 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[3]

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Terkait kepariwisataan, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[7][8][9]

Dalam bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas,[11] meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui.[11] Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Stamford Raffles.[12] Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis.[11] Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.[13]

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

Poerbatjaraka berpendapat bahwa arti kata boro adalah "biara", tetapi dibantah oleh Krom yang menyebutkan bahwa Borobudur bukanlah biara, melainkan stupa. Menurut Krom, berdasarkan perbandingan dengan stupa yang ada di India, biasanya stupa tidak berdiri sendiri tetapi ada biara di dekatnya. Biara itu berfungsi sebagai tempat tinggal para biksu yang bertanggung jawab atas pemeliharaan tempat suci tersebut dan juga untuk menampung peziarah dari tempat lain. Jika dilihat dari besarnya Candi Borobudur, biara tersebut berukuran cukup besar tetapi sudah tidak ada lagi jejaknya karena dibangun dari kayu, lokasinya pun juga masih belum diketahui.[15]

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram ke 2 Rakai Panangkaran 770 M dan di lanjutkan wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan dapat diselesaikan pada masa Rakai Pikatan Dan Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh r Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamln yang disebut Bhmisambhra.[16] Istilah Kamln sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhmi Sambhra Bhudhra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.[17] 152ee80cbc

download technology definition

beautiful sunset wallpaper download

download audio book of life by nathaniel bassey