PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 5
Selamat Datang di Portofolio Andika Faris
PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 5
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4
BUDAYA POSITIF
NAMA PROGRAM:
KADISDIK (Kartu Disiplin Peserta Didik)
KASI TENDIK (Kartu Prestasi Kompetensi Peserta Didik)
NAMA CGP: ANDIKA FARIS
INSTANSI: SDN Gladak Anyar 2
KABUPATEN: Pamekasan
PROPINSI: Jawa Timur
LATAR BELAKANG
Budaya Positif adalah keyakinan dan nilai yang disepakati bersama untuk dilaksanakan, menjadi kebiasaan bersama dalam jangka waktu panjang. Pada masa pasca pandemi ini banyak peserta didik yang kehilangan waktu belajarnya di kelas sehingga banyak budaya atau kebiasaan positif di kelas maupun di sekolah yang luntur bahkan ditinggalkan. Melihat kondisi tersebut maka budaya positif perlu ditumbuhkan kembali di sekolah. Proses pembelajaran akan berlangsung efektif dan efisien apabila budaya positif di kelas diterapkan dengan baik, sekaligus mendidik peserta didik untuk berperilaku positif di kelas, di luar kelas, di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu sekolah merupakan tempat pembentukan karakter budaya positif sesuai dengan esensi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara: “Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20).
Kesadaran diri akan penerapan disiplin masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukanlah budaya disiplin positif, namun masih menganut reward dan punishment. Komunikasi yang dibangun masih satu arah, peran atau kontrol guru belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai hakim bagi peserta didik. Bagaimana mendisiplinkan peserta didik bermula dari kesadaran, dan menumbuhkan motivasi intrinsik. Bagiamana disiplin dan budaya poisitif yang sudah ada dan menonjol dapat tumbuh dan berkembang menjadi karakter seluruh warga sekolah. Bagaimana Budaya positif di sekolah yang harus dikembangkan guru untuk mewujudkan karakter atau profil pelajar Pancasila. Serta bagaimana efektifitas komunikasi dua arah yang diciptakan dapat membantu menumbuhkan kesadaran peserta didik agar menjadi pribadi yang berempati dan berbudaya disiplin positif.
TUJUAN
Dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang baik, budaya positif di sekolah tidak berdiri sendiri, karena dibutuhkan sinergitas antar semua pemangku kepentingan di sekolah dalam pembiasaan-pembiasaan positif yang diterapkan. Pembiasaan positif yang akan membudaya dan berakar, sehingga budaya positif dapat menjadi suatu kekuatan sendiri dalam menerapkan disiplin positif sekolah. Mengapa harus disiplin positif? karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin yang berdasarkan kesadaran individunya. Budaya positif lahir karena semua pemangku kepentingan sadar akan pentingnya taat terhadap sebuah kesepakatan atau keyakinan bersama. Taat bukan karena ada konsekuensi di balik keyakinan bersama, tapi pembiasaan bermula dari dalam diri sendiri. Mulai dari diri yang merupakan ciri dari motivasi intrinsik dimana karakter disiplin yang kuat akan terbentuk dengan konsisten.
Implementasi budaya positif seperti religious, disiplin dan toleransi antar sesama sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai profil pelajar Pancasila, diantaranya; Beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, berkebhinekaan global, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, dan bergotong royong. Dimana nilai-nilai itu akan menjadi dasar pembiasaan budaya positif. Ketika pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi pelajar Pancasila yang berempati dan kritis terhadap apa yang memiliki dan memiliki daya saing global dengan kreativitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan meningkatkan gotong royong untuk sesama.
TOLAK UKUR
Dalam terwujudnya Visi sekolah pada modul dan aksi nyata sebelumnya, erat kaitannya bagaimana seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini seluruh warga sekolah bersinergi saling menguatkan dan menumbuhkan karakter positif melalui pembiasaan-pembiasaan positif. Jika pembiasaan sudah menjadi membudaya, dan menjadi karakter individunya dalam sebuah institusi sekolah maka akan dengan mudahnya visi sekolah diciptakan. Begitu juga materi pada modul sebelumnya dimana nilai-nilai dan peran guru yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik, dengan kolaborasi, refleksi, guru akan mudah berinovasi dan kemandirian belajar menjadi sebuah keniscayaan jika karakter dari guru sendiri sudah kuat. Pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, sesuai dengan refleksi filosofi pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran dengan sistem among. Guru sebagai fasilitator di depan menjadi contoh, ditengah sebagai penyemangat dan di belakang menjadi pendorong untuk peserta didik demi mewujudkan Pendidikan yang bermula dan berpusat pada kebutuhan peserta didik.
Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dan peserta didik dalam membangun budaya positif yaitu dengan menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah. Memunculkan kekuatan, dan menyamarkan hal-hal yang bersifat stagnan atau tidak berkembang. Sehingga yang diharapkan semua bergerak untuk menuju perubahan yang signifikan. Dengan berkolaborasi membentuk karakter baik dan menerapkan disiplin positif yang akan menjadi budaya sekolah. Dari itu kita sebagai guru dapat memulainya dari kelas, mulai dengan karakteristik peserta didik yang yang dihadapi setiap saat, mulai dengan mata pelajaran yang diampu.
Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas, sehingga menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi sekolah?. Kelas adalah miniatur dari sekolah, dan sekolah adalah miniatur dari bangsa. Bangsa yang berbudi pekerti baik serta berdisiplin positif bermula dari bangku-bangku di sekolah. Sehingga bagaimana menumbuhkan budaya positif adalah bermula dari kegiatan belajar mengajar di kelas dan upaya guru berinteraksi dengan peserta didik.
Sebagai guru bagaimana menyentuh individu-individu agar berkarakter positif, bisa diawali dengan menciptakan iklim komunikasi dua arah. Membangun komunikasi dua arah, adalah cara efektif mengetahui harapan-harapan dari seorang peserta didik terhadap proses pembelajaran yang dia peroleh dan impikan. Pentingnya mengetahui harapan dan impian peserta didik adalah salah satu tindakan reflektif dalam proses pembelajaran serta penerapan nilai dan peran guru.
Terjadinya komunikasi dua arah juga memberikan kesempatan peserta didik bertanya, dengan pembiasaan bertanya disinilah awal mula karakter bernalar kritis akan terbentuk. Komunikasi dua arah juga akan menimbulkan percaya diri pada peserta didik karena merasa dihargai dan didengarkan. Ketika peserta didik memiliki aspirasi dan dapat mengeluarkan pendapatnya adalah suatu apresiasi luar biasa bagi sebuah interaksi guru dan peserta didik. Membangun kepercayaan diri peserta didik adalah sangat penting karena dengan kepercayaan diri akan muncul empati. Ketika empati dan karakter lain seperti bernalar kritis muncul sebagai akibat dari sebuah interaksi disitulah akan muncul kreativitas dan inovasi-inovasi dari peserta didik. Sehingga karakter dan budaya positif akan dengan sendirinya muncul berawal dari pembiasaan positif di kelas.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan literasi dan numerasi di sekolah, sehingga akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar. Menerapkan dan membiasakan komunikasi dua arah pada seluruh warga sekolah. Dampak yang ingin dilihat adalah kesadaran berdisiplin positif dan membangun budaya positif dimanapun peserta didik berada. Berawal dari peran guru membudayakan disiplin positif dengan mengubah paradigma disiplin menjadi disiplin positif.
Budaya positif yang sudah ada di sekolah kami SD Negeri Gladak Anyar 2 selain KADISDIK (Kartu Disiplin Peserta Didik), juga ada KASI TENDIK (Kartu Prestasi Kompetensi Peserta Didik) dimana melalui inovasi kegiatan tersebut diintegrasikan untuk membentuk kebiasaan dan budaya positif kelas.
LINIMASA TINDAKAN
Sosialisasi Budaya positif kepada semua pemangku kepentingan di sekolah
Membiasakan komunikasi dua arah antar pemangku kepentingan dalam rangka membangun budaya positif di kelas dan di sekolah
Memfasilitasi kesepakatan kelas dan kesepakatan aturan sekolah
Merefleksi kegiatan dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah
Aksi nyata kali ini dalam rangka menumbuhkembangkan budaya positif yang sudah ada di SD Negeri Gladak Anyar 2 dimana berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyeluruh ke semua warga sekolah, terutama mengkonsistensikan kepada peserta didik dengan motivasi dan dukungan guru pengampu mata pelajaran. Serta tuntunan walli kelas dalam apresiasi budaya positif di dalam dan antar anggota kelas lainnya.
Untuk menerapkan pembiasaan budaya positif diperlukan komunikasi dua arah antar pemangku kepentingan, karena konsekuensi bersama terhadap sebuah kesepakatan dalam rangka penerapan disiplin positif tidak akan berhasil tanpa kesadaran penuh dari masing-masing individu. Untuk itu diperlukan kesepakatan bersama di dalam kelas jika lingkupnya guru mata pelajaran dalam satu kelas. Jika kesepakatan dalam satu sekolah, berlaku untuk semua pemangku kepentingan di sekolah.
Kontrak belajar, begitu kami biasanya menyebut kesepakatan atau keyakinan kelas, umumnya kami menyepakati kontrak belajar setiap awal pertemuan perdana, yaitu awal tahun pelajaran.
Langkah pertama dalam menyusun keyakinan kelas dengan memberikan pertanyaan pemantik, dimana dalam pertanyaan akan muncul harapan-harapan yang diimpikan peserta didik dalam proses pembelajaran, pertanyaan diajukan dalam bentuk angket. Setelah angket di rekap semua tanggapan dari peserta didik kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis jawaban dan diserahkan kembali hasilnya kepada peserta didik.
Hasil tanggapan itu yang akan direspon kembali oleh peserta didik dan akan menjadi draft keyakinan kelas. Peserta didik merespon, guru sebagai kontrol kelas mengarahkan bagaimana agar keinginan-keinginan yang mereka tuangkan dalam angket dapat diwujudkan di dalam kelas, tentunya dengan bekerja sama menentukan formula dari keyakinan kelas agar memudahkan semua yang terlibat dalam pelaksanaannya.
Guru dapat membuka dengan sebuah percakapan sapaan sederhana:
“anak-anak apa kabar kalian sekarang?”,
“apakah belajar kalian sudah nyaman?,
“kira-kira bagaimana agar kelas dan kegiatan belajar nyaman, pembelajaran seperti apa yang kalian inginkan?”.
“agar terwujud kelas yang kalian impikan, kira-kira apa yang harus dilakukan?”.
“Setelah tersusun semua keinginan dan harapan kalian, dalam bentuk kalimat positif, kalian simpulkan cara menempuh impian dan harapan tersebut”.
“baiklah, draft kesepakatan sudah tersusun, mari kita sepakati bersama, dengan menandatangani draft ini dalam sebuah poster yang nantinya akan kita tempel di depan kelas”,
DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
Umpan balik dari peserta didik dan semua pemangku kepentingan di sekolah, kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, komite sekolah dan semua tenaga kependidikan, serta semua warga di lingkungan sekitar sekolah. Tantangan dalam menerapkan budaya positif, adalah menghadapi peserta didik yang notabenenya di jenjang dasar, yaitu di jenjang SD dimana karakter masih polos dari pengalaman belajar yang variatif, sehingga keberagaman karakter sangat bergantung dari latar belakang keluarga dan pengaruh sosial lingkungan masyarakat disekitarnya.
Heterogenitas pada peserta didik tersebut yang menjadikan karakter dan pembiasaan positif yang beragam untuk kemudian digabungkan untuk membentuk kebiasaan positif kelas dengan tetap menonjolkan hal-hal positif yang sudah ada.
Dari keyakinan kelas yang tersusun, respon peserta didik tentu saja merasa senang dan apresiatif, mereka bersemangat melakukan perubahan aturan-aturan kelas. Bersemangat untuk menyepakati draft kesepakatan karena motivasi intrinsik untuk menjadi lebih baik. Tantangannya adalah ketika ada suara-suara sumbang yang enggan memberikan suara dan tidak mengisi angketnya. Ada juga yang tidak memberikan respon tanggapan walaupun respon terhadap teman. Untuk jenjang sekolah dasar mungkin untuk yang tidak memberikan suaranya masih bingung, tapi ada yang merespon hanya tanggapan temannya saja. Tantangannya lagi adalah mengontrol kelas agar kondusif fokus dalam kegiatan positif di satu sisi mendengar hal-hal lain dari peserta didik yang ke semuanya harus disaring Kembali.
HASIL PELAKSANAAN
Proses kegiatan aksi nyata ini belum seratus persen terlaksana sesuai dengan rancangan, karena masih tergolong awal dan terasa awam bagi peserta didik, sehingga perlu lebih intennya dalam menstimulas terhadap budaya positif di kelas.
Jika budaya positif terlaksana dengan baik, hal baik yang akan muncul adalah kebiasaan komunikasi dua arah antar semua pemangku kepentingan berjalan dengan terwujudnya ide gagasan baru sehingga adanya inovasi dalam pembelajaran. Melakukan sharing dan kolaborasi dalam aksi nyata ini mendapatkan umpan balik dari peserta didik, guru lain dan kepala sekolah yang memberikan aspirasi positif atas budaya disiplin positif di kelas.
KONSITESNSI PERBAIKAN DIMASA DEPAN
Rancangan aksi nyata di SDN Gladak Anyar 2 Pamekasan ini akan terus diterapkan dan dikembangkan lebih baik lagi, kolaborasi membuat keyakinan kelas yang berpusat pada peserta didik dengan beberapa esensial pembelajaran terhadap aspirasi positif peserta didik. Tahapan refleksi akhir semester akan dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran di semester berikutnya dengan menjadwalkan kegiatan kolaborasi antar guru, komunitas belajar disekitar dan praktisi pendidikan yang dibutuhkan.
Mendesiminasikan budaya positif kepada semua pemangku kepentingan. Mengimbaskan disiplin positif kepada peserta didik, dan melakukan pembiasaan komunikasi dua arah kepada peserta didik, serta membiasakan memberi apresiasi terhadap kemajuan dan perkembangan peserta didik atas pencapaiannya budaya positif atas keyakinan kelas yang disepakati bersama.
Konsistensi perubahan yang akan dilakukan, mulai dari diri sendiri membudayakan penerapan KADISDIK (Kartu Disiplin Peserta Didik) dan KASI TENDIK (Kartu Prestasi Kompetensi Peserta Didik). Menerima dan memberikan aspirasi peserta didik merdeka dalam menentukan daftar kesepakatan belajar bersama. Dengan kontrol guru, semua menyepakati poin-poin kesepakatan dan ditandatangani oleh guru maupun peserta didik. Melakukan refleksi bersama atas kesepakatan yang diberlakukan. Perubahan yang diharapkan akan dirasakan, mampu berempati kepada peserta didik, lebih banyak mendengar daripada menginstruksikan, lebih banyak menerima aspirasi daripada arahan-arahan yang tidak efektif.
DOKUMENTASI
Koordinasi dan support system dari Kepala Sekolah terkait Budaya Positif di Kelas
Sharing dan sosialisasi kepada rekan pendidik dan tenaga pendidik
Sharing dan sosialisasi kepada komite sekolah dan wali murid
Refleksi dan membangun keyakinan kelas bersama peserta didik
Monitoring peserta didik dalam pembiasaan baru penerapan KADISDIK (Kartu Disiplin Peserta Didik)
Monitoring peserta didik dalam pembiasaan baru penerapan KASI TENDIK (Kartu Prestasi Kompetensi Peserta Didik)