Mengungkap Serba-Serbi Tantangan dan Etika Jurnalis
Oleh: Nur Aida Nasution
Foto : Nur Aida Nasution
Program studi Penerbitan (Jurnalistik) Politeknik Negeri Jakarta menggelar kuliah umum dengan tema "Serba Serbi Tantangan Jurnalis" pada Selasa, 10 Oktober 2023. Acara yang berlangsung mulai pukul 09:00 hingga 13:00 WIB ini diselenggarakan di Auditorium Lt.3 Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta.
Kuliah umum tersebut menjadi wadah penting bagi para mahasiswa untuk mendalami esensi jurnalisme. Acara ini menampilkan dua narasumber utama yang berpengalaman luas di dunia media, yaitu Irfan Efendi S.SOS M.I.Kom, seorang camera person Studio Liputan 6 SCTV, dan Komario Bahar, yang sekarang menjadi executive managing director InsertLive.
Nadia Kusuma selaku MC melakukan pembukaan acara secara resmi pada pukul 09.00 WIB dengan membacakan rundown atau susunan acara, yang mencakup kegiatan seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama, sambutan dari perwakilan KPS prodi Penerbitan (Jurnalistik) Drs. M. Fauzy, M. Psi., Serta pembacaan doa oleh Drs. Zaenal Arifin, S.H., M.H.
Setelah rangkaian pembukaan, kuliah umum dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh moderator Fitri Nur Ardiantika. Dalam diskusi ini, kedua narasumber akan berbagi pengalaman dan wawasan mereka mengenai industri jurnalisme di Indonesia dan diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai tantangan yang dihadapi dalam era media digital yang terus berkembang.
Suasana kuliah umum ini tampak sangat ramai dengan kehadiran para dosen dan mahasiswa dari semester 1, semester 3 dan semester 5 dari program studi Penerbitan (Jurnalistik). Mereka duduk dengan khidmat, telinga terfokus mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh narasumber. Terlihat jelas antusiasme yang memenuhi auditorium Politeknik Negeri Jakarta ini.
Camera person Studio Liputan 6 SCTV, Irfan Efendi S.SOS M.IKOM menjadi narasumber pertama yang berbicara dengan memaparkan materi berjudul Basic Journalism. Irfan Efendi merupakan alumni dari Teknik Grafika dan Penerbitan dalam program studi Penerbitan (Jurnalistik). Pada tahun 1996 SCTV berdiri, beliau bergabung dengan seputar indonesia.
Dalam diskusi tersebut, Irfan Efendi mengungkapkan pandangannya tentang profesi jurnalis. Irfan Effendi menjelaskan bahwa jurnalis tidak harus memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik yang sebenarnya. Yang terpenting, mereka harus memiliki semangat dalam mengasah kemampuan menulis.
Menurut Irfan Efendi, latar belakang pendidikan wartawan tidak harus berasal dari lulusan jurnalistik, sebab ilmu yang diperoleh di lingkungan kampus hanya berfungsi sebagai latar belakang pengetahuan. Beliau sendiri, dalam perjalanan kariernya, memulai karier profesionalnya sebagai seorang camera person sebelum akhirnya melangkah menjadi seorang jurnalis yang sukses.
Dalam pengalamannya, Ia mengingat bahwa dahulu untuk melakukan peliputan, seorang jurnalis harus membawa minimal dua kaset. Biasanya, peliputan dilakukan di lokasi-lokasi seperti kamar mayat, kantor polisi, rumah sakit, dan tempat-tempat dengan banyak informasi terkait berita yang akan disiarkan.
Pandangan Irfan Efendi ini memberikan gambaran yang berharga, yaitu bahwa seorang jurnalis harus memiliki kesiapan yang tinggi dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks dan dinamis dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, background pendidikan yang berhubungan dengan bidang jurnalistik bukanlah halangan utama untuk meraih kesuksesan.
Irfan Efendi memberikan penjelasan mendalam mengenai konsep berita. beliau mengungkapkan bahwa berita merupakan informasi penting atau menarik yang disampaikan kepada khalayak dengan melibatkan pemahaman akan news value serta mengikuti alur berita yang tepat. Informasi tersebut dapat disampaikan melalui berbagai media bahkan secara lisan.
Irfan Efendi juga membahas pentingnya peran media dalam memiliki kepentingan yang jelas dalam proses penyampaian suatu berita kepada masyarakat. Dia menggarisbawahi bahwa organisasi resmi yang berada di bawah payung PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) memiliki tanggung jawab khusus dalam menyaring berita-berita yang dapat dianggap sebagai hoaks.
Menurutnya, seorang jurnalis memiliki tugas penting dalam memastikan keakuratan dan daya tarik informasi yang disampaikan kepada pembaca. Hal ini dibuktikan melalui prinsip check and recheck yang harus dilakukan oleh jurnalis sebelum mempublis. Dengan cara ini, jurnalis dapat memastikan bahwa informasi yang mereka sampaikan memiliki tingkat akurasi yang tinggi.
Selain itu, dalam proses pengumpulan berita, informasi yang didapat harus diolah serta mengonfirmasi kebenaran informasi yang diperoleh dari pihak terkait sebelum berita tersebut dipublikasikan. Dengan pendekatan yang cermat, jurnalis dapat memastikan bahwa berita yang disampaikan kepada khalayak merupakan penilaian yang objektif.
Irfan Efendi menjelaskan bahwa dalam dunia jurnalisme, terdapat alur produksi yang meliputi tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi yang harus dilalui. Salah satu tahap penting dalam pasca-produksi adalah editing, yang bertujuan untuk mengedit konten yang telah ditulis oleh jurnalis guna memastikan kelengkapan dan kualitas berita tersebut.
Namun, peran camera person dalam menyampaikan berita juga tidak kalah penting. Mereka harus memiliki kemampuan untuk membaca situasi, seperti mengetahui lokasi demo, siapa yang sedang mendemonstrasikan, serta estimasi orang dalam demo tersebut. Hal ini sangat diperlukan supaya dapat mengambil gambar yang sesuai dengan konteks berita yang akan disampaikan.
Sebagai contoh, ketika terjadi demonstrasi di depan gedung DPR, camera person harus dapat mengambil gambar yang mencerminkan kejadian tersebut dengan akurat. Kolaborasi antara jurnalis dan camera person merupakan salah satu kunci sukses dalam proses produksi berita, yang memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada khalayak adalah akurat dan relevan.
Irfan Efendi mengingatkan para calon jurnalis untuk tidak merekam berita yang mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan), kekerasan, atau konten kontroversial lainnya karena hal tersebut dapat berdampak negatif yang dapat mempengaruhi kualitas dan integritas pemberitaan yang dibawakan kepada masyarakat.
Dalam penekanannya terhadap prinsip-prinsip jurnalis, Irfan Efendi menyoroti pentingnya prinsip 5W+1H dalam menyusun berita. Ia juga menjelaskan bahwa foto dan video memiliki peran yang berbeda dalam menggambarkan suatu berita, dengan foto sebagai gambar yang memiliki banyak makna dan video sebagai alat visual yang langsung menceritakan berita karena bergerak.
Selanjutnya, Irfan Efendi menekankan pentingnya proses teknik dan ilmu dalam jurnalisme. Seorang jurnalis harus melakukan pengecekan alat dan memahami karakteristik jurnalis. Produk jurnalisik dapat diakses melalui berbagai media, termasuk koran, televisi, majalah, radio, dan media online.
ia dengan tegas menjelaskan sejumlah prinsip utama yang menjadi dasar etika jurnalis, termasuk prinsip-prinsip yang sangat penting dalam profesi ini, yaitu kebenaran, verifikasi, kebebasan, dan independensi. Ia memberikan penekanan kuat pada pentingnya bagi setiap jurnalis untuk senantiasa mengejar kebenaran sebagai pijakan utama dalam setiap lapisan pemberitaan.
Selain itu, Irfan Efendi menggarisbawahi signifikansi verifikasi informasi sebagai langkah esensial yang tak bisa diabaikan, yang harus diambil untuk memastikan keakuratan setiap berita yang dipublikasikan, karena kepercayaan publik terhadap media sangat bergantung pada upaya keras dalam memastikan fakta dan kebenaran dalam setiap laporan yang disajikan.
Tidak hanya itu, Irfan Efendi juga mengingatkan para calon jurnalis tentang tanggung jawab mereka untuk bekerja demi kepentingan umum dan masyarakat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Hal ini mencerminkan prinsip kebebasan dalam penyampaian informasi yang harus dijalankan oleh jurnalis dalam menjalankan tugas mereka secara objektif.
Terakhir, namun tak kalah pentingnya, Irfan Efendi menyoroti prinsip independensi sebagai salah satu aspek krusial dalam menjaga integritas jurnalis. Independensi ini mengharuskan jurnalis untuk menjauhkan diri dari pengaruh dan tekanan yang dapat memengaruhi objektivitas dan kebenaran dalam pemberitaan.
Dengan pengetahuan dan panduan yang diberikan oleh Irfan Efendi, para calon jurnalis diharapkan dapat mengembangkan keterampilan mereka dan mematuhi etika profesi jurnalis dalam melaksanakan tugas mereka. Selain itu, mereka diingatkan akan pentingnya menjaga integritas dan etika jurnalistik dalam setiap tindakan dan keputusan yang mereka ambil dalam dunia jurnalisme.
Selanjutnya diskusi dilanjutkan oleh narasumber kedua yaitu Komario Bahar, seorang nama yang tak asing di dunia jurnalisme, kini menduduki jabatan Eksekutif dan Managing Editor di Insertlive, platform media yang lahir dari kekuatan Transmedia, yang juga merupakan anak perusahaan Detik.com.
Komario Bahar, yang dikenal sebagai Rio, berbagi pengalaman perjalanan panjangnya dalam dunia jurnalisme yang telah menghampirinya sejak beberapa tahun silam. Meskipun telah mengemban berbagai jabatan yang prestisius selama perjalanan kariernya, Rio dengan tulus dan sungguh-sungguh lebih memilih untuk dikenal dan diidentifikasi sebagai seorang wartawan sejati.
Lahir pada tahun 1987, Komario Bahar menempuh pendidikan di Program Studi Penerbitan PNJ pada tahun 2006 hingga 2009. Setelah menyelesaikan pendidikan, ia langsung terjun ke dunia jurnalisme sebagai seorang wartawan pada tahun 2009 di Detik.com. Dalam perjalanannya, ia telah menjadi kontributor berita di Detiknews, Detikhot, dan kini menduduki jabatan penting di Insertlive.
Pengalaman jurnalis ini juga mencakup perjalanan selama 15 tahun sebagai juru warta sebelum serius memasuki dunia mikrobisnis industri kopi pada tahun 2017. Ia mengungkap bagaimana sejak awal karirnya, ia telah menjadi pemburu berita, mengikuti pemilihan umum hingga tetap bekerja sambil kuliah.
Selain perjalanan kariernya, Komario Bahar juga berbicara tentang isu yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu SEO (Search Engine Optimization). Ia menjelaskan bahwa SEO merupakan hal yang tak terpisahkan dari bisnis media online saat ini. Dalam dunia jurnalisme modern, kompromi antara konten berkualitas dan optimasi SEO adalah sebuah realitas yang harus dihadapi
Dalam konteks era digital yang terus berkembang, Komario Bahar dengan tegas menekankan bahwa SEO bukanlah sekadar hasil dari sponsorship atau promosi melalui platform media sosial dan saluran seperti YouTube. Kini, dengan lebih dari 94% pengguna internet mengandalkan mesin pencari raksasa, Google, untuk memenuhi beragam kebutuhan mereka.
SEO adalah pintu masuk gratis untuk mendatangkan lalu lintas ke situs web yang dimiliki, yang memikat banyak orang untuk mencari strategi agar situs mereka mendapatkan peringkat yang lebih tinggi di hasil pencarian Google. Ia memberikan contoh penggunaan SEO dalam menyebarkan berita aktual seperti isu pengadilan atau gempa.
Namun, tidak seperti yang mungkin diharapkan, meskipun lalu lintas SEO bisa didapatkan secara gratis, ini bukan berarti tanpa usaha. Upaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai peringkat yang baik di hasil pencarian Google memerlukan waktu dan tenaga. Ini bukan sekadar masalah uang, tetapi juga melibatkan investasi berharga dalam hal sumber daya manusia.
Komario Bahar menggarisbawahi pentingnya memahami SEO dalam menjalankan media online. Baginya, SEO bukanlah semata-mata sebuah taktik, melainkan sebuah strategi yang esensial untuk memastikan bahwa konten-konten berita juga mampu menjangkau dan menarik perhatian audiens yang lebih luas di tengah arus informasi yang melanda era digital ini.
Komario Bahar membahas mengenai Pintu masuk pengguna dari pencarian Google meliputi hasil organik untuk konten "evergreen," berita terbaru di Google Search Top Stories, definisi di Google Search Featured Snippets, berita spesifik di Google News, dan topik sesuai minat di Google Discover, yang memerlukan strategi optimasi khusus agar berhasil.
Dalam artikel SEO, seringkali kita melihat penggunaan kata-kata dengan gaya selingkung, yang mungkin tidak selalu sesuai dengan pedoman KBBI. Ini bukan kesalahan, melainkan strategi optimasi untuk memastikan artikel "evergreen" atau yang tidak ketinggalan zaman bekerja secara optimal. Contoh yang paling umum adalah penggunaan kata "Sholat" daripada "Salat."
Namun, ada juga artikel berita konvensional yang perlu diperbarui secara berkala karena perkembangan informasi yang terjadi seiring waktu, dan sembari kebutuhan akan artikel "evergreen" yang tetap relevan terus ada, SEO juga harus menjadi responsif terhadap berita cepat yang muncul dengan cepat di era digital ini.
Selain itu, Komario Bahar juga meyakinkan bahwa Kekuatan portal berita InsertLive tak pernah pudar sejak diluncurkan pada tahun 2018. Dengan moto "Born 2018 and live forever", menjadi sumber utama konten selebriti dan panduan gaya hidup. Mereka berhasil memenangkan hati pembaca dengan berita panas, eksklusif, dan viral di dunia selebriti.
Dalam upaya untuk mencapai tingkat keahlian yang diperlukan sebagai seorang wartawan yang handal, langkah awal yang tak dapat dihindari adalah memastikan penggunaan kata-kata yang benar dan baku. Ini juga berlaku untuk perubahan gaya dalam bahasa Inggris yang tak hanya masuk ke dalam aliran yang benar, tetapi juga membuat lebih keren dan benar.
Meskipun ada perkembangan teknologi seperti kehadiran Google AI, SEO dan konten website tetap relevan. Google AI membantu memahami dan memberikan hasil pencarian yang lebih relevan, tetapi SEO dan konten marketing tetap penting dalam memastikan konten mudah ditemukan dan dimengerti oleh mesin pencari dan pengguna.
Mesin AI takkan pernah menggantikan peran wartawan atau spesialis SEO. Mereka adalah alat yang membantu, bukan pengganti, dalam menghadapi perkembangan digital. Sehingga, penting untuk terus beradaptasi dengan perubahan teknologi, sambil tetap mempertahankan inti dari konten yang berkualitas dan penting untuk audiens.
Ia mengakhiri presentasinya dengan pesan untuk menjadi pembelajar seumur hidup dan berbagi pengetahuan dengan masyarakat yang tidak terlalu serius melalui artikel SEO. Selain itu, ia juga mencermati pekerjaan yang berat dari seorang kameramen yang bisa mengubah lima menit sumber berita menjadi beberapa berita yang diunggah di televisi.
Dengan pengalaman panjangnya dan pemahaman yang mendalam tentang SEO, Komario Bahar adalah salah satu tokoh penting dalam perkembangan media online masa kini. Dengan keahliannya dalam menghadapi tantangan-tantangan jurnalis dan peran kunci di Insertlive, beliau menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda yang ingin merintis karier dalam dunia media online.
Selain diskusi oleh kedua narasumber, Para peserta kuliah umum ini juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan wawasan dengan bertanya langsung kepada narasumber tentang peran serta tantangan dalam industri jurnalisme modern. Terdapat dua sesi tanya jawab yang belangsung. Para perserta atau mahasiswa antusias untuk bertanya kepada narasumber.
Dalam sesi pertama ini, berbagai pertanyaan dan jawaban menarik muncul, memberikan wawasan yang berharga tentang tantangan yang mungkin dihadapi saat berkarir sebagai jurnalis. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah mengenai perbedaan antara situasi sebenarnya di dunia kerja. Tika, salah satu mahasiswi kelas Penerbitan 5A, mengemukakan keraguan tersebut.
“Tidak berkemungkinan ketika kita masuk dunia kerja apa yang kita pelajari berbeda di dunia kerja, SEO ketika kita sudah menulis dengan ebi, bagaimana kita sebagai jurnalis menyikapi perbedaan antara di pembelajarn dan di dunia kerja?” tanya Tika.
Dalam menjawab pertanyaan ini, Komario Bahar menjawab bahwa perbedaan tersebut memang ada. "Pasti beda hal karenakan itu di panggung. Banyaknya media masa dunia saat ini, wartawan tanpa status," ungkapnya. ia juga membahas peran penting SEO (Search Engine Optimization) dalam penulisan berita, terutama di era media sosial.
Pertanyaan lainnya mencakup topik tentang meliput berita dalam situasi krisis, khususnya saat terjadi kerusuhan. Nabil dari kelas Penerbitan 1A meminta pandangan mengenai bagaimana seorang jurnalis harus bertindak dalam situasi ini. "Kalau meliputi berita, terjadi kericuhan, apa yang di lakukan jurnalis?" tanyanya.
Irfan Effendi menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut, beliau menekankan pentingnya tetap tenang dan sigap dalam meliput berita kericuhan. Dirinya percaya bahwa meskipun situasinya sulit, jurnalis harus tetap berusaha mendapatkan informasi yang akurat.
"Kita butuh informasi, kenapa harus dihalangi-halangi? Jadi kericuhan itu bisa jadi peristiwa yang bisa kita kemas, bukan karena kita dilarang kita diam saja. Yang penting datanya valid dan tidak mengada-ada," ujarnya.
Sesi tanya jawab ini juga menyoroti etika dalam meliput berita kerusuhan. Para peserta memahami bahwa keadilan dalam peliputan sangat penting, terlepas dari pihak yang terlibat. Mereka juga menekankan pentingnya keamanan jurnalis di lokasi kejadian, dengan berusaha untuk tidak memprovokasi lebih banyak kericuhan.
Pada sesi kedua tanya jawab, Syarifa dari kelas Penerbitan 5C mengajukan pertanyaan, "Kita tahu bahwa salah satu tantangan bagi jurnalis perempuan adalah pelecehan seksual baik di redaksi atau lapangan kerja, tapi sayangnya banyak media yang belum punya SOP untuk itu, bagaimana pendapat bapak dalam hal itu untuk melindungi jurnalis perempuan?" tanyanya
Dalam menjawab pertanyaan tentang bagaimana melindungi jurnalis perempuan, Narasumber Irfan Efendi memberikan pandangan bahwa pelecehan seksual memang merupakan masalah yang dihadapi oleh banyak jurnalis, namun hal ini seringkali terjadi di luar dugaan. Irfan Effendi menekankan bahwa pekerjaan jurnalis memang penuh resiko, baik fisik maupun mental.
Dalam situasi seperti ini, Irfan Efendi menyarankan agar jurnalis melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang, seperti humas dari institusi yang terlibat. Beliau juga menegaskan pentingnya memiliki mekanisme hukum yang kuat untuk menangani kasus-kasus serupa.
Selanjutnya, Yuhanida dari kelas Penerbitan 5C mengajukan dua pertanyaan kepada narasumber. Pertanyaan pertama berkaitan dengan perubahan hukum pers yang dapat mempengaruhi nilai-nilai jurnalistik. “bagaimana cara kita sebagai generasi muda menanggapi perubahan hukum pers tampah menurunkan value nya?” Ujarnya.
Kaori Bahar menjawab pertanyaan tersebut dengan menegaskan bahwa generasi muda harus tetap mengikuti prinsip-prinsip jurnalistik dan mengambil sisi positif dari perubahan tersebut, serta mengandalkan pimpinan redaksi dan dewan pers untuk menangani perubahan hukum tersebut.
“Pada prinsipnya kita sebagai seorang jurnalis harus mengikuti hal tersebut, walau merugikan jurnalis, namun kita harus mengambil sisi positifnya, walau ada keberatan bukan kita yang protes tetapi pimpinan yag melakukannya melalui dewan pers, hal hal seperti itu harus ada mekanismenya bukan kita yang harus turun sendiri untuk menanganinya.” Jawabnya.
Pertanyaan kedua yang diajukan oleh Yuhanida berfokus pada masalah privasi narasumber dalam berita. Irfan Efendi menekankan pentingnya konfirmasi dan riset sebelum mengungkap informasi yang berkaitan dengan privasi. Mereka juga memberikan tips untuk menjaga kerahasiaan narasumber dengan cara mengaburkan visual dan merahasiakan nama.
Dalam pertanyaan terakhir dari Saputri dari kelas Penerbitan 5B, bertanya mengenai bagaimana jurnalis dapat tetap bersaing dalam era digital yang cepat. Irfan Efendi dan Kaori Bahar menyoroti pentingnya keberanian jurnalis dalam mengejar berita, namun juga menekankan perlunya konfirmasi sumber informasi.
Irfan Efendi dan Kaori bahar juga menekankan pentingnya jurnalis untuk tetap melek terhadap perkembangan informasi, memahami berbagai aspek seperti ekonomi dan politik, serta berharap para jurnalis terus banyak belajar dan membaca.
Kuliah Umum program studi Penerbitan (Jurnalistik) dengan tema “Serba-Serbi Tantangan Jurnalis” diakhiri dengan pemberian merchandise sebagai tanda terima kasih kepada kedua narasumber. Selain itu, diadakan foto bersama dengan para perserta. Acara berjalan dengan lancar dan sesuai rencana, memberikan wawasan berharga mengenai tantangan dan etika jurnalistik.