Metode pengambilan data untuk kesehatan ekosistem di wilayah peralihan (ekoton) harus dirancang untuk menangkap interaksi, gradien, dan keanekaragaman yang tinggi di antara dua atau lebih ekosistem yang berdekatan (misalnya, batas hutan dan padang rumput, atau mangrove dan terestrial). Fokus utamanya adalah pada perubahan dan pertukaran.
Catatan: Karena ekoton didefinisikan oleh perubahan, penting untuk mengukur bagaimana kondisi lingkungan berubah di sepanjang batasnya.
Teknik Transek (Gradient Transect): Metode utama adalah membuat serangkaian transek tegak lurus terhadap garis batas ekoton (misalnya, dari inti Hutan $\rightarrow$ Ekotone $\rightarrow$ inti Padang Rumput).
Pengambilan Data:
Parameter Fisik: Pengukuran suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kecepatan angin dilakukan secara berkala di sepanjang transek.
Parameter Tanah/Air: Pengambilan sampel tanah (untuk $\text{pH}$, nutrisi, bahan organik) atau air (untuk salinitas, $\text{DO}$) dilakukan pada interval yang tetap di sepanjang gradien.
Pemetaan Batas (GIS & Remote Sensing): Menggunakan Citra Satelit atau Drone untuk memetakan luasan ekoton dan mengidentifikasi batas spasial yang tepat.
Indikator: Perubahan mendadak pada Indeks Vegetasi (NDVI) atau tutupan lahan menunjukkan lokasi ekoton yang jelas.
Catatan: Struktur vegetasi di ekoton sering kali menunjukkan percampuran atau dominasi spesies pionir.
Sampling Komparatif: Menetapkan Plot Kuadrat atau Plot Permanen di ketiga zona (inti ekosistem 1, ekoton, inti ekosistem 2) untuk perbandingan langsung.
Data yang Diambil:
Kerapatan dan Dominansi: Menghitung jumlah dan Luas Bidang Dasar ($\text{DBH}$) spesies dari kedua ekosistem induk yang berhasil tumbuh di ekoton.
Komposisi Spesies: Mencatat kehadiran spesies unik yang hanya ditemukan di ekoton (spesies batas) dan mengukur tingkat invasi (seberapa jauh spesies dari ekosistem 1 menembus ekosistem 2, dan sebaliknya).
Indeks Kesehatan: Menghitung Indeks Keanekaragaman yang tinggi di ekoton (efek batas) dibandingkan zona inti.
Catatan: Ekoton sering berfungsi sebagai koridor atau zona penyangga, sehingga pergerakan satwa menjadi indikator utama.
Survei Fauna Lintas Batas:
Data yang Diambil: Menggunakan Perangkap Kamera (Camera Traps), Transek Visual/Auditori (Point Count), atau Jebakan Invertebrata (misalnya Pitfall Traps) yang ditempatkan melintasi batas ekoton.
Indikator Kesehatan: Frekuensi dan Pola Pergerakan Satwa antara dua ekosistem induk. Ekoton yang sehat memiliki pergerakan satwa yang lancar.
Bioindikator Sensitif: Memantau kelompok organisme yang sangat sensitif terhadap perubahan mikro-iklim, seperti Amfibi atau Spesies Serangga/Lichen, untuk mendeteksi stres lingkungan di zona peralihan.
Keanekaragaman Fungsi (Functional Diversity): Mengukur berbagai peran ekologis (herbivora, karnivora, dekomposer) yang hadir, bukan hanya jumlah spesies.
Catatan: Penilaian ini berfokus pada fungsi khas ekoton sebagai zona pertukaran materi dan energi.
Laju Dekomposisi Serasah: Menempatkan kantong serasah daun (litter bag) dari kedua ekosistem induk di zona ekoton.
Indikator Kesehatan: Tingkat Degradasi dan Pelepasan Nutrien (seberapa cepat serasah hilang). Laju dekomposisi yang stabil menunjukkan fungsi siklus nutrien yang sehat.
Aliran Energi: Mengukur biomassa dan produktivitas primer (misalnya, laju pertumbuhan tanaman) di zona ekoton.
Erosi dan Filtrasi: Pada ekoton perairan (misalnya, riparian), mengukur kapasitas filtrasi vegetasi terhadap sedimen atau polutan yang datang dari ekosistem daratan.
Catatan umum: pengambilan data di ekosistem ekoton menekankan pada perbandingan kontras (inti vs. batas) dan pengukuran gradien (perubahan bertahap) untuk memahami seberapa efektif zona peralihan tersebut berfungsi sebagai zona penyangga dan habitat unik.