Desas Desus Pandemi Covid Akan Kembali
Sejak Rabu, 21 Juni 2023 pemerintah Indonesia resmi menyatakan status Covid-19 dari masa pandemi menjadi endemi. Hal ini selaras dengan diizinkannya kembali aktivitas di luar rumah. Kerja, sekolah, dan aktivitas outdoor lainnya kembali dilaksanakan secara luring. Interaksi dan komunikasi yang dulunya melalui layar gadget kini bisa berlangsung dengan tatap muka. Kehidupan sosial masyarakat resmi berjalan seperti sediakala. Namun, meningkatnya kembali kasus Covid-19 dan rawat inap di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australia, menyebabkan banyak orang khawatir akan terjadinya lonjakan Covid-19 di tengah tahun 2023.
Sebagian orang cenderung percaya pada prediksi kembalinya status “pandemi” di tahun 2023 dikarenakan pengalaman 3 tahun ke lalu, dimana infeksi virus SARS-CoV-2 berlangsung lama dan menyebabkan begitu banyak dampak serta penyesuaian terhadap aktivitas global. Selain itu, meningkatnya kasus Covid-19 berdasarkan informasi terbaru dari WHO membuat masyarakat menjadi aware dan merasa Covid-19 tetap harus diwaspadai walaupun saat ini kehidupan berjalan seperti biasa. Terlebih saat ini di Indonesia, kasus flu dan batuk sedang menjamur di masyarakat karena faktor perubahan musim, polusi udara dan lain-lain. Bahkan beberapa kasus infeksi berlangsung cukup lama yang membuat orang cenderung mengaitkan dengan virus Covid-19 yang masih eksis. Sayangnya kondisi ini membuat orang lebih rentan mempercayai berita hoax terkait covid yang tersebar melalui media sosial, melansir dari artikel yang diterbitkan JIPSi (2020) “Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki” (Respati, 2020). Bahwa perubahan perilaku seseorang yang berlebihan karena berita hoaks terpengaruhi oleh pemberitaan pemberitaan yang belum jelas kebenaranya ditambah kondisi lingkungan yang mendukung.
Beberapa negara yang sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19 diantaranya Australia, India, Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia. Dampaknya pakar kesehatan setempat kini menghimbau warga untuk kembali menggunakan masker. Salah satunya, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Malaysia mendorong masyarakat untuk memakai masker wajah di tempat-tempat ramai dan menjaga jarak sosial guna mencegah penyebaran virus. Beberapa faktor yang dapat melatarbelakangi lonjakan kasus seperti gaya hidup masyarakat yang kurang sehat dan cenderung kurang waspada karena dicabutnya status “pandemi” dan kebijakan wajib memakai masker saat di luar ruangan. Virus juga dapat bermutasi sehingga dapat memunculkan varian mutasi baru yang tidak bisa diatasi oleh vaksin yang sudah ada. Oleh karena itu, diperlukan waktu untuk mengembangkan formula vaksin dan pastinya hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Banyak langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi terjadinya pandemi Covid-19 kedua di Indonesia, salah satunya seperti melanjutkan pengembangan vaksin dan program vaksinasi massal untuk melindungi masyarakat dari infeksi, melakukan kampanye edukasi terkait Covid-19 dan pentingnya vaksinasi serta memperkuat sektor kesehatan. Harapan kami, selaku Divisi Kastrad ORMAGIKA 2023, semoga kasus Covid-19 di seluruh dunia bisa mereda, tidak lagi menimbulkan ancaman, pemerintah tetap aware, siap dan sigap dalam menangani kasus terbaru serta senantiasa melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus dan dari segi masyarakat, bisa konsisten menerapkan gaya hidup sehat pasca Covid-19 dan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman Covid-19 yang telah berlalu.
Daftar Pustaka
Pangaribuan, M. T. & Munandar, A. I. 2021. Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta Menangani Pandemi Covid-19. Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 14(1), 1-9.
Wahyudiyono, W., Eko, B. R. & Trisani, T. 2021. Persepsi Masyarakat Terhadap Covid-19 Pasca Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Mayarakat (PPKM). Jurnal Komunika: Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, 10(2), 102-112.