Pasokan perkantoran di Jakarta khususnya kawasan Central Business District (CBD) sangat melimpah. Tercatat hingga semester pertama tahun ini ada sekitar 270 ribu meter persegi perkantoran baru, sehingga saat ini perkantoran di kawasan CBD Jakarta sudah ada sekitar 5,97 juta meter persegi.
Tapi sayangnya, dari jumlah suplai perkantoran baru tersebut, yang diserap pasar hanya sepertiganya atau sekitar 63 ribu meter persegi. Sehingga ini membuat tingkat kekosongan perkantoran di kawasan CBD mencapai 18,4 persen atau naik 2,7 persen dibanding semester sebelumnya.
Director Head of Research and Consultants Savills Indonesia, Anton Sitorus mengatakan, tingkat kekosongan yang meningkat tersebut dikarenakan adanya tambahan pasokan dan pindahnya sejumlah perusahaan ke gedung perkantoran yang baru.
"Kondisinya memang adalah suplai yang begitu melimpah hingga dengan semester pertama saja ada sekitar 270 ribu meter persegi. Sedangkan penyerapan ruang kantornya tak sampai 63 ribu persegi ini berarti kurang dari sepertiganya. Ini membuat tingkat kekosongan di kawasan CBD Jakarta naik jadi 18,4 persen," katanya dalam acara media briefing Savills Indonesia, di Panin Tower, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Adapun ruang perkantoran grade A jadi yang paling banyak mengalami tingkat kekosongan yaitu sebesar 27 persen. Angka tersebut sekaligus menjadi rekor tertinggi setelah tahun 2010, tingkat kekosongan dari perkantoran grade A masih dibawah 25 persen.
Sementara itu grade premium jadi perkantoran yang mengalami penurunan kekosongan paling sedikit hanya sebesar 16 persen. Hal ini dikarenakan tidak ada pasokan baru dan penyerapannya juga tetap.
"Kalau kita lihat dari segmentasi, pasokan paling banyak adalah pada gedung perkantoran grade A. Namun tingkat kekosongannya cukup mengkhawatirkan yaitu sebesar 27 persen, ini merupakan rekor tertinggi sejak 2010 lalu yang masih di bawah 25 persen," kata Anton.
"Sedangkan gedung kategori premium great building tingkat kekosongannya hanya sebesar 16 persen. Angka ini agak sedikit turun, dikarenakan pasokannya tidak ada yang baru, dan penyerapannya tetap, sehingga masih positif," tambahnya.
Sementara itu, untuk kawasan non CBD, tingkat kekosongan mencapai 22,7 persen. Adapun. Angka perkantoran non CBD yang kosong masih didominasi di kawasan Jakarta Utara.
"Saat ini kekosongannya sebesar 22,7 persen di daerah non CBD lebih banyak ruang kosong. Kalau lihat kekosongan paling tinggi di Jakarta Utara, lalu Jakarta selatan sebesar 22,4 persen," kata Anton
"Sedangkan Jakarta pusat naik menjadi 21,6 persen, lalu disusul Jakarta barat, dan terakhir Jakarta timur yang relatif stabil yaitu 8,7 persen karena tidak ada pasokan baru dan penyerapannya segitu gitu aja," tutupnya.