Buatlah 10 soal dari setiap materi berikut!
6 soal mengingat/remembering yang masing-masing terdiri dari 3 soal harian, 2 soal pekanan, dan 1 soal akhir
4 soal pemahaman/understanding yang masing-masing terdiri dari 2 soal harian, 1 soal pekanan, dan 1 soal akhir
Kirim jawabannya melalui formulir di bawah!
Silsilah Ilmiyyah Belajar Aqidah Seri 05.1
📙 KITAB FUDHUL AL-ISLAM (فضل الإسلام)
Pemateri:
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. hafizhahullahu ta’alā
Halaqah 003
📖 Bab Fadhlu Al-Islam (Keutamaan Islam)
▪️ Faedah Memulai Kitab Dengan Basmalah (Bagian 2)
════ ❁✿❁ ════
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang ke-03 dari Silsilah 'Ilmiyyah Penjelasan Kitab Fadhlul Islam yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At-Tamimi rahimahullah.
Faedah kedua memulai kitab dengan Bismillahirrahmanirrahim adalah ingin mendapatkan pertolongan, kemudahan dari Allah 'Azza wa Jalla untuk menulis kitab ini, karena untuk menulis sebuah kitab ini perlu beberapa hal sehingga kitab tersebut bisa dibaca dan dipahami oleh manusia.
Di antaranya dia harus pandai merangkai pikiran, darimana dia mulai?! Sehingga bisa menggiring manusia untuk bisa memahami apa yang diinginkan. Oleh karena itu kita mengetahui akal seseorang dilihat dari kitabnya. Ketika kita melihat kitabnya adalah kitab yang mantiqi, yang murattab, bisa dipahami, berurutan, maka kita mengetahui tentang akal orang tersebut. Oleh karena itu dikatakan orang yang menulis kitab pada hakikatnya dia sedang menampakkan akalnya ini kepada manusia.
Kemudian juga di dalam pemilihan kata, bukan hanya sekedar merangkai pikiran tetapi juga di dalam memilih kata ini bukan sesuatu yang mudah. Bagaimana dia mendatangkan kata-kata yang jāmi', yang menyeluruh dan di waktu yang sama dia dipahami oleh pembacanya.
Di dalam memilih dalil baik dari Al-Qur'an maupun di dalam hadits, memilih ucapan para ulama, para salaf, maka ini perlu taufiq dan juga perlu pertolongan dari Allah 'Azza wa Jalla. Kalau tidak maka jadilah kitab tersebut kitab yang mungkin tidak beraturan, mencantumkan di situ yang sebenarnya tidak diperlukan, dan meninggalkan sesuatu yang sebenarnya lebih penting daripada itu.
Maka seseorang perlu meminta pertolongan kepada Allah 'Azza wa Jalla dan kalau tidak ada pertolongan dari Allah maka tidak mungkin seseorang bisa menulis meskipun hanya satu huruf.
لَوْلاَ اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا
"Kalau bukan karena Allah, niscaya kita tidak akan mendapatkan hidayah dan niscaya kita tidak akan bisa bershadaqah dan niscaya kita tidak akan bisa melakukan sholat.”
Diucapkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, dan ini menunjukkan bagaimana Beliau sangat bertawakal dan beristi'anah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga Beliau mengucapkan ucapan ini.
Dan Ba' (الباء) di dalam Bismillahirrahmanirrahim adalah untuk isti'anah ini. Ba' (الباء) di sini fungsinya adalah untuk isti'anah yaitu memohon pertolongan kepada Allah.
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم
"Dengan menyebut nama Allah.”
Sekali lagi mufrad di sini diidhofahkan, berarti orang yang mengucapkan bismillah dia telah beristi'anah dengan seluruh nama Allah, baik yang diajarkan kepada kita di dalam Al-Qur'an ataupun yang diajarkan kepada kita di dalam As-Sunnah, ataupun yang tidak diajarkan kepada kita dan Allah Subhanahu wa Ta'ala sembunyikan di dalam ilmu ghaib. Karena nama Allah terbagi menjadi 3:
⇒ Ada yang Allah ajarkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam di dalam Sunnah
⇒ Ada di antaranya yang Allah turunkan di dalam kitab-Nya
⇒ Dan ada di antaranya yang Allah sembunyikan di dalam ilmu ghaib
Di dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengatakan:
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ
“Yang pertama Engkau turunkan di dalam kitab-Mu.”
أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ
“Atau Engkau ajarkan nama tersebut kepada seseorang di antara makhluk-makhluk-Mu.”
(أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ) di sini maksudnya adalah seorang rasul. Rasul yang diutus kepada kita berarti beliau adalah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
Kemudian jenis yang ketiga,
أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ
"Atau yang Engkau simpan di dalam ilmu ghoib di sisi-Mu.”
Berarti di sana ada 3 jenis nama Allah 'Azza wa Jalla. Dan ketika kita mengucapkan Bismillah kita telah memohon pertolongan kepada Allah, memohon pertolongan dengan menyebut seluruh nama Allah tadi.
Kemudian Ar-Rahman (الرحمن) Ar-Rahim (الرحيم),
Ar-Rahman (الرحمن) ini adalah atau keduanya adalah nama Allah yang mengandung sifat Rahmah (الرحمة) dan perbedaanya di antaranya ada yang mengatakan bahwasanya;
Ar-Rahman (الرحمن), ini mengandung sifat Rahmah (الرحمة) yang umum bagi seluruh makhluk.
Adapun Ar-Rahim (الرحيم), maka mengandung sifat Rahmah (الرحمة) yang khusus bagi orang-orang yang beriman. Allah mengatakan:
وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
(QS Al-Ahzab: 43, nama surat dan nomor ayat tidak disebutkan dalam audio)
Ini menjadi dalil bahwasanya Ar-Rahim (الرحيم) ini adalah nama Allah yang mengandung sifat Rahmah (الرحمة) yang Allah khususkan bagi orang-orang yang beriman.
Dan Rahmah (الرحمة) yang khusus bagi orang yang beriman contohnya adalah rahmat kasih sayang yang berupa hidayah islam, kepada iman, kepada sunnah, rahmat berupa masuknya mereka ke dalam surga, maka ini adalah khusus bagi orang-orang yang beriman.
Adapun Rahmah (الرحمة) yang umum bagi seluruh manusia di antaranya adalah rezeki, yang Allah berikan rezeki bukan hanya orang-orang yang beriman saja. Dunia, pangkat dan seterusnya ini bukan hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada orang-orang yang beriman saja, bahkan orang-orang yang kafir Allah berikan kepada mereka semuanya itu.
Di dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengatakan:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan dunia ini bagi siapa yang dicintai dan bagi siapa yang tidak Allah cintai.”
Allah berikan dunia. Jangan kita mengira ketika diberikan dunia berarti dicintai oleh Allah,
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ○ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
(QS Al-Fajr: 15-16)
Itu ucapan manusia, menyangka bahwasanya kecintaan dan kehinaan itu diukur dari dunia, tidak! Allah memberikan dunia ini kepada siapa saja, bagi yang Allah cintai maupun yang tidak Allah cintai.
Maka jangan orang yang fakir menyangka bahwasanya ini Allah menghinakan saya, tidak! Mungkin saja Allah mencintai antum dengan cara seperti ini, karena Allah tahu apabila antum diberikan harta yang banyak, nanti justru akan menjauh dari Allah.
Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala sayang, Allah menjadikan antum seperti ini sehingga tetap istiqomah di atas agama Allah, tetap rajin menuntut ilmu, dan nanti akan diberikan kenikmatan-kenikmatan tersebut di akhirat.
وَلا يُعْطِي الدِّينَ إِلا لِمَنْ أَحَبَّ
"Dan Allah tidak memberikan agama kecuali bagi orang yang Allah cintai saja.”
Kalau istiqomah, islam, iman, takwa, Allah tidak berikan itu kecuali orang yang Allah cintai saja, Allah cintai dia maka Allah berikan dia hidayah.
فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ
"Maka barangsiapa yang Allah berikan kepadanya agama, sungguh Allah telah mencintainya.” (HR Ahmad, tidak disebutkan dalam audio)
Maka lihatlah kepada diri kita masing-masing, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan hidayah kepada masing-masing dari kita, dan husnudzan kepada Allah 'Azza wa Jalla bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai kita. Oleh karena itu kita hadapi, kita balas kenikmatan tersebut dan rasa cinta tersebut dengan cara bersyukur.
Bagaimana cara bersyukurnya? Adalah berpegang teguh dengan agama ini. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menggerakkan hati kita, memberikan hidayah kepada kita terhadap islam, dijadikan kita mau belajar, dijadikan kita mau membaca Al-Qur'an, mempelajari agama ini, maka husnuzhanlah kepada Allah 'Azza wa Jalla bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai kita.
Dan kita bersyukur dengan nikmat mahabbah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu dengan cara istiqomah dan terus di atas agama Allah 'Azza wa Jalla sampai kita meninggal dunia.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
(QS Ali-Imran: 102, nama surat dan nomor ayat tidak disebutkan dalam audio)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat, dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
'Abdullah Roy, di kota Jember
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah 'Ilmiyyah (HSI) 'Abdullāh Roy
Halaqah 005
📖 Bab Fadhlu Al-Islam (Keutamaan Islam)
▪️ Kelebihan Islām Yang Disebutkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dalam Surat Al-Maidah Ayat 3
════ ❁✿❁ ════
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang ke-05 dari Silsilah 'Ilmiyyah Penjelasan Kitab Fadhlul Islam yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At-Tamimi rahimahullah.
Kemudian beliau menyebutkan ayat yang pertama, yaitu firman Allāh:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا
Di antara yang menunjukkan tentang keutamaan Islām (agama Islām yang dibawa oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam) mencakup Islām (penyerahan diri) yang dhahir dan bathin adalah firman Allāh di dalam surat Al-Maidāh: 3.
Artinya: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Aku telah sempurnakan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku ridhāi Islām sebagai agama bagi kalian."
Di dalam ayat ini ada keutamaan Islām dari beberapa segi.
• Segi Pertama | Bahwasanya Islām adalah agama yang sempurna.
Dari sisi yang pertama yaitu firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian.”
Dan kesempurnaan sebuah agama menunjukkan tentang kelebihan dan keistimewaannya.
⇒ Sempurna bisa diamalkan di setiap tempat (daerah).
Adapun yang tidak sempurna (mungkin) bisa diamalkan di sebagian waktu atau daerah saja, disebagian kaum saja tidak pada sebagian yang lain.
Tetapi Islām bisa dipakai di setiap tempat dan waktu, sampai hari kiamat. Siapa pun bisa (negara atau suku apapun) mereka bisa mengamalkan agama Islām.
Seprimitif apapun suku, jika dia mengamalkan agama Islām pasti bisa, bukan sesuatu yang mustahil dan cocok bagi dia dan bagi siapa saja.
Sisi kesempurnaan yang lain adalah, seluruh perkara telah diatur dalam agama ini (telah kita jelaskan dalam pembahasan kitāb Ushul Ats Tsalāsah). Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menyempurnakan agama Islām untuk Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Seluruh perkara mulai dari perkara yang kecil yang mungkin diremehkan oleh manusia, seperti buang air kecil dan buang air besar, di dalam Islam sudah diatur oleh Allāh Azza wa Jalla.
Sudah berlalu pembahasannya, menghadap ke mana ketika buang air, ketika istinja (cebok) memakai tangan mana ? tangan kanan atau tangan kiri, ketika beristijmar berapa kali minimal.
Dan diatur dalam Islam ketika mau masuk kamar mandi mendahulukan kaki mana, kaki kanan atau kaki kiri ? Apa yang kita baca ? bagaimana ketika keluar ?
Semua diatur dalam Islām, sementara urusan seperti ini dianggap remeh oleh manusia, tapi diatur dalam agama Islam karena di dalamnya ada kebaikan untuk diri kita.
Jangan dianggap bahwasanya ketika kita masuk dengan kaki kiri tidak ada hikmahnya, jangan anggap ketika keluar dari kamar mandi mendahulukan kaki kanan tidak ada hikmahnya, pasti di sana ada hikmah manfaat bagi kita.
Jangan anggap kita membaca bismillah sebelum masuk kamar mandi tidak ada hikmahnya. Setiap yang disyariatkan di dalam agama Islām pasti di sana ada hikmah,
علمها من علمها ، وجهلها من جهلها
"Tahu orang yang tahu dan tidak tahu orang yang tidak tahu.”
Tapi kita yakin bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla Dia-lah Allāh Yang Maha Bijaksana (العلم والحكمة) Tidaklah Allāh Subhānahu wa Ta'āla melakukan sesuatu dalam keadaan sia-sia (عبثت), pasti di sana ada hikmahnya.
Perkara sekecil ini saja diurus oleh Allāh, apalagi perkara lebih besar daripada itu, semua permasalahan diurus oleh Allāh seperti masalah pernikahan (disebutkan syari’atnya), masalah warisan, ibadah yang berkaitan dengan fisik, ibadah yang berkaitan dengan harta, semua diterangkan oleh Allāh di dalam agama Islām.
Ibadah wajib atau sunnah ada, ibadah yang berkaitan dengan anggota badan atau lisan lengkap di dalam agama Islām, sehingga orang yang tidak bisa melakukan ibadah dengan anggota badannya bisa dengan lisan.
Bahkan di sana ada ibadah yang berkaitan dengan amalan hati (tawakal, khauf) seandainya lisannya tidak bisa berucap maka di sana ada ibadah yang berkaitan dengan hatinya.
Di dalam Islām ada keringanan (rukhsah) dan di dalam Islām diajarkan tentang masalah aqidah dengan sangat lengkap, apa yang kita butuhkan ada di dalam Al-Qur'ān.
Tinggal kita mau belajar atau tidak, telah berlalu ucapan Ibnu Uyainnah yang dinukil oleh syaikh Shālih Al-Utsaimin ketika membahas tentang masalah muru'ah. Beliau ketika itu ditanya oleh murid-muridnya, "Engkau telah beristinbath dari Al-Qur'ān berbagai hal dan semua hal, kalau masalah muru'ah dari mana engkau dapatkan?"
Kemudian beliau menyebutkan:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
(QS Al-A’raf 199, tidak disebutkan dalam audio)
Dari sini beliau beristinbath tentang muru’ah. Jadi semua ada di dalam Al-Qur'ān.
مَّا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَيْءٍ ۚ
"Kami tidak sia-siakan dalam Al-Qur'ān sedikitpun.” (QS An'ām: 38)
Semuanya disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Ini menunjukkan tentang keutamaan agama Islām.
Islām yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah agama yang sempurna, silahkan antum bandingkan antara agama yang kita peluk (Islām) dengan agama yang lain (Hindu, Nashrani, Yahudi, Budha) agama selain Islām kacau di dalamnya.
Di dalam agama kita (Islām) ada aqidah ada ibadah, ada akhlak semua hak diatur oleh Allāh Azza wa Jalla, di antaranya hak seorang guru, hak seorang murid, hak seorang anak, semua diatur di dalam Al-Qur'ān.
Sudah kita sebutkan permisalan tentang keutamaan kesempurnaannya yaitu dengan sebuah jalan yang dilalui oleh banyak orang dan dia adalah jalan yang sempurna, di sana ada peraturan, jalan tersebut mulus, jalan tersebut lebar, satu arah (misalnya) aman dijaga oleh pihak-pihak keamanan, disediakan rest area yang nyaman ada tempat ibadah yang nyaman maka ini adalah keistimewaan dan keutamaan sendiri dari jalan tersebut.
Maka ketahuilah, bahwasanya Islām adalah jalan (agama) yang sempurna. Ini satu sisi dari keutamaan Islām yang disebutkan dalam ayat ini.
• Segi Kedua | Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah sempurnakan nikmatNya atas umat Islam.
Kemudian Allāh mengatakan:
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى
"Dan telah Aku sempurnakan atas kalian nikmat-Ku.”
Menunjukkan bahwa Islām ini adalah nikmat Allāh yang besar atas kita. Sehingga dengan Islām, kehidupan kita menjadi terang benderang, kita tahu apa yang harus kita kerjakan.
Untuk apa kita hidup?
Bagaimana sikap kita ketika tertimpa musibah?
Bagaimana sikap saya ketika gagal melamar orang ? Tahu sikap, apa yang harus dipahami. Oh saya kan sudah istikharah, sudah saya katakan di dalam istikharah saya, yā Allāh jika ini baik mudahkan, kalau tidak baik palingkan saya dari perkara ini. Maka tenang hatinya (Alhamdulillāh) in syā Allāh, Allāh akan datangkan yang lebih baik dan itulah yang lebih baik bagi ana. Terus jalani hidupnya, tidak terlalu kepikiran dengan perkara tersebut.
Terang benderang hidupnya, darimana kita mendapatkan keterangan tadi? Karena kita memeluk agama Islām (Alhamdulillāh).
Banyak perkara apabila kita cermati, kita baru merasakan bahwa ini adalah nikmat. (Alhamdulillāh yang telah memberikan hidayah kepada Islām).
Islām adalah nikmat dari Allāh dan dia adalah agama yang sempurna dan dia adalah agama yang merupakan nikmat dari Allāh.
• Segi Ketiga | Islām adalah agama yang diridhāi oleh Allāh.
وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا
"Dan Aku ridhāi Islām sebagai agama bagi kalian."
Allāh ridhā artinya, jika kita mengikuti Islām maka in syā Allāh kita akan sampai kepada ridhā Allāh. Dan ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla ridhā kepada manusia, maka ini adalah anugerah yang sangat besar.
Dan inilah yang kita cari, seorang muslim berusaha bagaimana dia melakukan sesuatu yang menjadikan Allāh ridhā dengannya. Bagaimana Allāh itu senang dengannya, Allāh ridhā dan senang dengan kita.
Ketika dia mengetahui bahwasanya Islām adalah agama yang diridhāi oleh Allāh, maka dia berusaha untuk mengamalkan apa yang ada di dalamnya.
Karena Allāh sudah meridhāi agama ini, adapun yang lain maka Allāh tidak ridhā.
"Dan barangsiapa yang mencari agama yang tidak diridhāi oleh Allāh maka Allāh tidak akan menerimanya."
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islām, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."
(QS Āli-Imrān: 85, tidak disebutkan dalam audio)
Merugi karena dia sudah menghabiskan umurnya di atas agama yang tidak diridhāi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Mungkin di situ dia beramal, memberikan makan orang miskin, menyumbang anak yatim dan seterusnya, tetapi bukan di atas agama yang diridhāi oleh Allāh Azza wa Jalla, sehingga tidak diterima amalan-amalan tersebut dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.
Maka ayat ini menunjukkan tentang keutamaan agama Islām di lihat dari tiga sisi.
Wallāhu Ta'āla A'lam
'Abdullah Roy, di kota Jember
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah 'Ilmiyyah (HSI) 'Abdullāh Roy
Halaqah 006
📖 Bab Fadhlu Al-Islam (Keutamaan Islam)
▪️ Kelebihan Islām Yang Disebutkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dalam Surat Yunus Ayat 104 Dan Al-Hadid Ayat 28
════ ❁✿❁ ════
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang ke-06 dari Silsilah 'Ilmiyyah Penjelasan Kitab Fadhlul Islam yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At-Tamimi rahimahullah.
Kemudian yang kedua, وقول تعالى firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
قُلْ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمْ فِى شَكٍّۢ مِّن دِينِى فَلَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنْ أَعْبُدُ ٱللَّهَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُمْ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
Katakanlah, "Hai manusia, jika kalian masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kalian sembah selain Allāh, tetapi aku menyembah Allāh yang akan mematikan kalian dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman”. (QS Yūnus: 104, tidak disebutkan dalam audio)
Allāh mengatakan قُلْ kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Katakan (wahai Muhammad), “Hai manusia, kalau kalian ragu-ragu tentang kebenaran agama ini”, maka keraguan kalian tidak akan memudharatiku."
فَلَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ
"Ketahuilah bahwasanya Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah selain Allāh.”
وَلَـٰكِنْ أَعْبُدُ ٱللَّهَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُمْ
Kalau kalian ragu tentang agamaku, inilah agamaku yaitu: أَعْبُدُ ٱللَّهَ لا شريك له
فَلَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّه
"Aku tidak akan menyembah segala sesuatu yang kalian sembah selain Allāh.”
⇒ Di sini ada nafyun.
وَلَـٰكِنْ أَعْبُدُ ٱللَّهَ
"Tetapi aku hanya menyembah Allāh.”
⇒ Di sini ada itsbath.
Inti dari agama Islām adalah pada kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ).
Inti dari agama Islām:
الإستسلام لله بالتوحد والإنقياد له بالطاعة والبراءة من الشرك وأهله
Di dalamnya ada barā'ah (براءة) dan di dalam itsbath ada الإستسلام لله بالتوحد.
Apa kelebihan Islām di dalam ayat ini ? Kelebihan Islām dalam ayat ini adalah hanya Allāh yang disembah.
فَلَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنْ أَعْبُدُ ٱللَّهَ
Apakah ketika di dalam Islām yang disembah adalah Allāh, ini adalah kelebihan?
Jawabannya "Iya".
Ini adalah sebuah keistimewaan dan keistimewaan yang sangat istimewa.
Kenapa demikian?
Karena kalau yang disembah adalah Allāh, maka itulah yang hak. Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dia-lah yang memang berhak untuk disembah dan ini adalah sebuah keutamaan.
Menyembah sesuatu yang memang berhak untuk disembah, ini adalah keistimewaan, keutamaan yang tidak diberikan (yang tidak ada) pada agama lain.
Agama lain ada yang menyembah patung, ada yang menyembah matahari, ada yang menyembah bulan, ada yang menyembah nabi. Menyembah sesuatu yang dhaif, menyembah sesuatu (makhluk), itu yang ada di dalam agama-agama lain.
Adapun Islām maka yang disembah adalah Dzat yang berhak untuk disembah. Di dalam agama yang lain disembah sesuatu yang tidak berhak untuk di sembah, menunjukkan keutamaan atau tidak? Keutamaan.
Di dalam Islām يعبد الإله الحق - sesembahan yang memang berhak untuk disembah, ini keutamaan di dalam agama Islām. Adapun di dalam agama lain, mereka menyembah sesuatu yang tidak berhak untuk disembah (menyembah sesembahan-sesembahan yang bathil). Ini menunjukkan keutamaan agama Islām,
Sekali lagi keutamaan yang disebutkan di dalam ayat ini bahwasanya di dalam Islām disembah sesembahan yang memang berhak untuk disembah dan ini adalah sebuah keistimewaan.
Ketika kita menyembah Dzat yang memang berhak untuk disembah, artinya kita berdo'a pada tempatnya. Kita isti'adzah pada tempatnya. Kita memohon anugerah, memohon keutamaan memang pada tempatnya (akan dikabulkan).
Tetapi kalau di dalam agama lain, meminta kepada matahari. Kapan matahari mengabulkan? Meminta kepada bulan, meminta kepada yesus, kapan yesus akan mengabulkan permintaannya? Disamping permintaan tidak dia dapatkan, dia kelak di akhirat akan menjadi orang yang kekal di dalam neraka.
Ini menunjukkan keutamaan Islām, karena di dalam Islām disembah Dzat yang memang berhak untuk disembah.
Kemudian beliau mengatakan:
و قوله تعالى : يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَءَامِنُوا۟ بِرَسُولِهِۦ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِۦ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًۭا تَمْشُونَ بِهِۦ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
Dan juga firman Allāh:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allāh dan berimanlah kepada Rasūl-Nya, niscaya Allāh memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Allāh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hadīd :28, tidak disebutkan dalam audio)
Antum lihat ! Bagaimana beliau mendatangkan ayat kedua dan ketiga. Kalau seseorang tidak cermat akan sulit untuk memahami maksud syaikh ini.
Apa yang ada di dalam ayat ini menunjukkan tentang keutamaan Islām. Beliau menyebutkan ayat (yang sampai kepada beliau) ayat yang menunjukkan tentang keutamaan Islām.
Dan tentunya ini bukan sesuatu yang mudah, bagaimana beliau bisa mencapai surat Al-Hadīd dan surat sebelumnya tadi (Yūnus) yang menunjukkan keutamaan Islām.
Kalau bukan orang yang sering membaca Al-Qur'ān dan mentadabburi Al-Qur’ān, kemudian ketika menemukan ayat ini maknanya demikian, kemudian beliau mengumpulkan faedahnya. Kalau bukan orang yang demikian akan sulit untuk menulis kitāb seperti ini.
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allāh dan berimanlah kepada Rasūl-Nya.”
Inilah makna Islām, di dalamnya ada dua kalimat syahadat ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ - takutlah kepada Allāh (berimanlah kepada Allāh) dan di antara makna takwa kepada Allāh adalah bertauhīd.
Takwa di antara maknanya adalah tauhīd, karena takwa artinya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan.
أن تجعل بينك وبين عذاب الله وقاية
"Engkau menjadikan antara dirimu dengan adzab Allāh penghalang" Itu makna takwa.
Apa penghalang tersebut?
Menjalankan perintah dan menjauhi larangan.
Kalau makna takwa adalah “dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan”, lalu apa perintah yang paling besar? Perintah yang paling besar adalah tauhīd.
Apa larangan yang paling besar? Larangan yang paling besar adalah Syirik.
Berarti bertakwa kepada Allāh di antara makna yang paling besar adalah bertauhīd kepada Allāh dan meninggalkan kesyirikan. Ini makna syahadat yang pertama.
وَءَامِنُوا۟ بِرَسُولِهِ
"Dan berimanlah kepada Rasūl-Nya.”
Berimanlah (yakinlah) bahwasnya dia adalah hamba Allāh dan juga Rasūl. Kalau sudah beriman kepada Rasūl maka akan beriman dengan seluruh apa yang beliau kabarkan.
Beliau mengabarkan tentang tauhīd, beliau mengabarkan tentang hari akhir, beliau mengabarkan tentang malāikat, beliau mengabarkan tentang takdir, beliau mengabarkan tentang para Rasūl dan seterusnya.
Berarti beriman dengan Rasūl di dalamnya ada syahadat yang kedua. Syahadat yang pertama dan kedua adalah dasar dari Islām, dengannyalah orang masuk ke dalam Islām.
"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian bertakwa kepada Allāh dan berimanlah kepada Rasūl-Nya.”
Di sini khitabnya adalah orang-orang yang beriman (maksudnya) adalah:
حقق التقوى الله وحقق الإيمان بالرسل
“Wujudkanlah benar-benar, tentang ketakwaan kepada Allāh dan wujudkanlah tentang beriman kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.”
Wujudkanlah dua kalimat syahadah, praktekkan dua kalimat ini di dalam kehidupan kalian sehari-hari. Berarti orang-orang yang beriman diperintahkan untuk mewujudkan Islām.
Wallāhu Ta'āla A'lam
'Abdullah Roy, di kota Jember
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah 'Ilmiyyah (HSI) 'Abdullāh Roy