Pemodelan perangkat lunak terstruktur adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk merancang dan mendokumentasikan perangkat lunak. Teknik ini memanfaatkan model-model grafis untuk merepresentasikan alur data, struktur data, dan proses yang terjadi dalam sistem secara hierarkis dan jelas.
Pemodelan terstruktur didasarkan pada prinsip modularitas, dimana sistem dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (modul) yang mudah dipahami, dirancang, dan diuji. Setiap modul memiliki fungsi spesifik dan berhubungan dengan modul lain.
Analisis Sistem: Menganalisis kebutuhan fungsional sistem.
Perancangan Sistem: Menggambarkan solusi dari sistem yang akan dikembangkan, termasuk perancangan aliran data dan struktur program.
Implementasi: Mengkonversi desain sistem menjadi kode program.
Pengujian: Menguji sistem yang telah diimplementasikan.
Terdapat beberapa diagram dan alat bantu yang digunakan dalam pemodelan perangkat lunak terstruktur, antara lain:
a. Diagram Alir Data (Data Flow Diagram - DFD)
DFD adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan aliran data di dalam sistem. DFD memperlihatkan bagaimana data masuk, diproses, dan keluar dari sistem.
External Entity: Representasi entitas luar yang berinteraksi dengan sistem.
Data Store: Penyimpanan data dalam sistem.
Process: Kegiatan atau operasi yang dilakukan dalam sistem.
Data Flow: Aliran data antar elemen dalam sistem.
b. Kamus Data
Kamus data adalah alat bantu untuk mendefinisikan dan mendokumentasikan elemen data yang digunakan dalam DFD. Ini membantu dalam memahami arti setiap data dan penggunaannya dalam sistem.
c. Diagram HIPO (Hierarchy plus Input-Process-Output)
Diagram HIPO adalah diagram hirarki yang menggambarkan hubungan antara berbagai modul dalam perangkat lunak. Ini menunjukkan bagaimana setiap modul menerima input, memprosesnya, dan menghasilkan output.
d. Diagram Struktur
Diagram ini digunakan untuk menggambarkan struktur program secara hierarkis, menunjukkan hubungan antara berbagai modul perangkat lunak.
Pemodelan perangkat lunak terstruktur biasanya mengikuti pendekatan top-down, di mana desain dimulai dari gambaran besar (overview) sistem, lalu secara bertahap dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih rinci hingga mencapai tingkat implementasi.
Modularitas: Memungkinkan pembagian sistem menjadi modul-modul yang lebih kecil dan mudah dikelola.
Konsistensi: Menyediakan dokumentasi yang jelas untuk pengembang dan pemangku kepentingan.
Pengurangan Kerumitan: Memudahkan analisis dan desain dengan cara menyederhanakan proses melalui diagram yang jelas.
Pemeliharaan: Memudahkan proses pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut karena struktur sistem yang sudah terdokumentasi dengan baik.
Misalnya, dalam pembuatan sistem manajemen data mahasiswa, diagram alir data (DFD) akan menggambarkan bagaimana data mahasiswa (seperti nama, NIM, dan nilai) diproses mulai dari pendaftaran hingga penyimpanan dalam database.
Pemodelan Terstruktur: Fokus pada data dan proses yang terpisah. Proses digambarkan secara eksplisit melalui diagram alir data.
Pemodelan Berorientasi Objek: Fokus pada objek-objek dalam sistem, di mana data dan proses digabungkan dalam satu entitas objek.
Referensi:
Pressman, R. S. (2014). Software Engineering: A Practitioner’s Approach. McGraw-Hill Education.
Kendall, K. E., & Kendall, J. E. (2011). Systems Analysis and Design. Pearson Education.
Whitten, J. L., Bentley, L. D., & Dittman, K. C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. McGraw-Hill.
Soal-Soal TPPLT >
Soal-Soal TPPLT >