Mulai Dari Diri
Nah, sekarang kami ingin Ibu/Bapak mengingat kembali dan melakukan refleksi terhadap pengalaman Ibu/Bapak yang paling berkesan saat terlibat dalam berbagai program/kegiatan sekolah semasa menjadi murid. Refleksi dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Soal 1
Apa kegiatan/programnya?
Your answer:
Kegiatan/programnya menjaga koperasi sekolah pada jam istirahat ketika di Sekolah Dasar (SD) kelas 6
Soal 2
Siapa yang memprakarsai atau menggagas program tersebut
Your answer:
Program tersebut diprakasai oleh guru di SD tersebut sekaligus sebagai wali kelas
Soal 3
Berperan sebagai apa Ibu/Bapak saat itu?
Your answer:
Saya berperan melayani siswa lain untuk membeli alat tulis yang di jual di koperasi sekolah di hari yang telah dijadwalkan.
Soal 4
Bagaimana perasaan Ibu/Bapak saat itu?
Your answer:
Perasaan saya saat itu bangga karena diberikan tanggungjawab yang menurut saya saat itu sangat besar.
Soal 5
Mengapa pengalaman tersebut berkesan untuk Ibu/Bapak?
Your answer:
Pengalaman tersebut berkesan untuk saya karena saya merasa dihargai dan dipercayai dengan diberikan tanggungjawab tersebut oleh guru-guru.
Soal 6
Apa pembelajaran yang Ibu/Bapak ambil dari kegiatan/ program tersebut?
Your answer:
Pembelajaran yang saya ambil dari kegiatan tersebut adalah sebagai seorang guru perlu untuk memberikan kesempatan dan memfasilitasi muridnya untuk mengembangkan dan menghargai kemampuan yang dimiliki murid. Memberikan kepercayaan kepada murid untuk melakukan sesuatu yang positif akan membangun rasa percaya diri dan kebanggaan bagi murid tersebut.
Soal 7
Bagaimana pengalaman tersebut berdampak pada Ibu/Bapak sekarang? Apakah berdampak positif atau negatif?
Your answer:
Pengalaman tersebut membawa dampak positif pada diri saya karena sampai sekarang saya selalu berusaha untuk menjaga kepercayaan yang diberikan kepada saya dan juga selalu berusaha memberikan serta melakukan yang terbaik ketika saya diberikan tanggungjawab
Soal 8
Setelah membaca judul modul dan melakukan refleksi di awal pembelajaran, apa yang tergambar di benak Ibu/Bapak?
Hal apa yang Ibu/Bapak harapkan dapat dipelajari pada modul ini?
Your answer:
Yang tergambar dalam diri saya, modul ini akan membahas bagaimana menyusun program yang melibatkan murid.
Saya berharap dari modul ini saya dapat memunculkan gagasan berupa program kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan yang ada dalam diri murid saya, baik dalam bakat dan minat juga dalam karakter baik yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila
Eksplorasi Konsep
Situasi 1
TK Cahaya memiliki sedikit lahan di samping halaman bermain sekolah yang belum dimanfaatkan. Saat ini, lahan tersebut bukan hanya terlantar namun juga memberikan pemandangan yang kurang apik karena menjadi tempat tumpukan barang-barang yang tidak terpakai. Pak Segar, guru TK B sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Saat ia mengawasi dan mengamati murid-muridnya istirahat bermain, Pak Segar lalu mengajak beberapa murid-muridnya bercakap-cakap. Ia meminta ide dari murid-muridnya untuk mengetahui sebaiknya lahan yang luasnya terbatas tersebut digunakan untuk apa. Ia menanyakan apa saja yang mereka inginkan ada di halaman bermain sekolah mereka. Saat itu, murid-murid memberikan banyak sekali pendapat. Namun, di antara pendapat-pendapat yang diberikan oleh murid, ada salah satunya yang sangat menarik. Murid itu mengatakan bahwa ia ingin ada kebun di sekolah di mana ia nanti bisa menanam biji jeruk yang dimakannya. Pak Segar merasa ide murid tersebut sangat mungkin untuk diwujudkan dengan anggaran yang terbatas. Di kelas, Pak Segar lalu mengajak murid-murid untuk mendiskusikan lebih lanjut ide tersebut. Ternyata ide tersebut juga didukung oleh murid-murid yang lain. Ia lalu meminta murid-muridnya untuk menggambarkan seperti apa kebun impian mereka. Ia juga menanyakan jenis-jenis tanaman apa yang mereka ingin ada di kebun tersebut. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak-anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah. Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan Pak Segar, anak-anak bahkan dapat memberikan gagasan bagaimana kebun ini bisa dirawat bersama oleh murid-murid. Seorang murid, yang ayahnya adalah petani bahkan akhirnya menawarkan akan mengajak ayahnya untuk membantu menyiapkan lahan tersebut supaya siap untuk ditanami, karena ia sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut. Pak Segar lalu membawa ide murid-murid ini kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah sangat mendukung ide tersebut dan meminta Pak Segar untuk mendiskusikan lebih lanjut ide ini dengan guru-guru kelas lain. Setelah dimatangkan, ide yang awalnya berasal dari usulan murid-murid tersebut akhirnya mewujud menjadi sebuah program yang kemudian disebut dengan “Program Kebun Cahaya”. Setiap kelas di TK Cahaya kini memiliki kavling kecil di lahan yang tadinya terlantar tersebut dan secara bersama bertanggung jawab untuk merawatnya.
Situasi 2
Bu Ara mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid-muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Ara ingin murid-muridnya memiliki rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. Karena murid-murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Ara lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, Ibu Ara ingin sekali mewujudkan desain itu untuk menghargai pilihan murid. Ibu Ara sangat galau, karena ia tahu, kalau ia mewujudkan desain tersebut, kelasnya akan menjadi tidak rapi dan berantakan. Orang tua murid dan kepala sekolah juga pasti akan mempertanyakan. Ibu Ara pun akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung kepada kepala sekolah. Di luar dugaan, kepala sekolah sangat mengapresiasi upaya bu Ara menghargai pilihan murid-muridnya. Lewat proses diskusi dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh kepala sekolah, Ibu Ara akhirnya memutuskan untuk tetap mewujudkan layout tersebut dan akan mengevaluasinya setelah beberapa hari diimplementasikan. Proses evaluasi ini akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga buat murid. Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout pilihan murid tersebut, Ibu Ara pun lalu mengajak murid-muridnya berefleksi dan menanyakan apakah menurut mereka, layout ini membantu mereka untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di kelas. Bu Ara memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Ara juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar jendela. Setelah melakukan refleksi, Ibu Ara lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikan layout kelas mereka pun diubah sesuai dengan hasil refleksi, sehingga menjadi lebih efektif
Situasi 3
SMP Matahari setiap tahun memiliki program yang disebut “study wisata” untuk murid-muridnya di Kelas IX. Biasanya, kegiatan ini dirancang oleh guru di awal tahun ajaran dan dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Walaupun kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang selalu dinanti-nantikan oleh murid-murid Kelas IX, namun sejak tahun lalu Pak Atap, salah satu guru kelas IX SMP Matahari merasa kegiatan ini akhirnya hanya menjadi kegiatan wisata rutin, yang lebih bersifat perayaan dan bersenang-senang. Murid-murid memang tampak senang, namun Pak Atap merasa bahwa murid-murid seharusnya dapat belajar lebih banyak lagi dari kegiatan study wisata ini. Di awal semester, Pak Atap menyatakan kegelisahanya ini kepada kepala sekolah yang kemudian menyarankannya untuk membuat komite ad hoc yang disebut dengan Komite Studi Wisata Kelas 9, yang anggotanya adalah perwakilan guru dan murid. Pak Atap lalu mengajak 2 orang perwakilan guru dan 6 orang perwakilan murid dari masing-masing Kelas untuk menjadi anggota komite studi wisata tersebut (ada 3 kelas IX di SMP Matahari dan masing-masing kelas diwakili 2 orang). Karena pelaksanaan studi wisata ini masih lama waktunya, komite ini sepakat bertemu setiap bulan sekali untuk mendiskusikan semua elemen yang terkait pelaksanaan studi wisata dan akan bertemu seminggu sekali sebulan sebelum pelaksanaan program tersebut. Di awal pertemuan komite, Pak Atap menanyakan kepada murid-murid anggota komite tersebut, sejauh ini, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang telah mereka pelajari selama di Kelas 9? Pak Atap juga menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan dari kegiatan studi wisata tersebut salah satunya adalah untuk membantu mereka memperdalam pengetahuan dan memperkuat berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari tersebut. Pak Atap lalu menanyakan kepada murid-murid, apa lagi sebenarnya keuntungan dari kegiatan studi wisata ini untuk mereka. Setelah menjelaskan tujuan kegiatan studi wisata, Pak Atap lalu menanyakan destinasi seperti apa yang menarik buat mereka, yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid anggota komite ini kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria. Secara bersama-sama. anggota komite lalu mendiskusikan pilihan-pilihan destinasi ini. Mereka menggunakan checklist yang mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Destinasi yang memenuhi semua kriteria pun akhirnya yang dipilih. Murid perwakilan komite ini kemudian membawa destinasi pilihan ini kepada kepala sekolah. Kepala sekolah lalu meminta komite untuk mempresentasikan ide ini kepada para orang tua Kelas 9. Setelah mendapatkan persetujuan dan masukan dari para orang tua, Komite Studi Wisata inipun lalu mulai melakukan persiapan secara matang. Murid-murid dalam komite ini memberikan gagasan tentang apa saja kegiatan yang akan menarik untuk dilakukan, siapa yang akan memimpin kegiatan, apa yang akan dilakukan saat perjalanan, dsb. Guru-guru dalam komite memberikan pandangan dan perspektif tentang keamanan, risiko, tantangan yang mungkin akan dihadapi, atau memberikan saran saat murid merasa bahwa sebuah ide kelihatannya sulit untuk diwujudkan. Proses diskusi tentang studi wisata ini menjadi sangat kolaboratif. Setelah pelaksanaan Studi Wisata, sebelum komite ini dibubarkan, komite ini juga bertemu lagi untuk kemudian melakukan refleksi terhadap pelaksanaannya dan memberikan saran perbaikan. Saran perbaikan ini akan menjadi dasar untuk diskusi awal oleh komite Studi Wisata yang baru di tahun ajaran yang akan datang.
Situasi 4
Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakatnya, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang.
Situasi 5
Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan. Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut .
Situasi 6
Pak Tegas adalah seorang guru di sebuah SMK. Sebagai seorang guru di jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) ia kerap didatangi murid-muridnya untuk berdiskusi baik tentang pelajaran ataupun hal lainnya. Suatu hari, tercetus ide dari murid-murid untuk membuat sebuah wadah kegiatan bagi murid-murid TKJ. Murid-murid tersebut mengusulkan satu program ekstra kurikuler yang bisa menampung keterampilan dan keahlian mereka dalam teknik komputer dan jaringan. Berbasis keterampilan dan keahlian mereka di jurusan teknik komputer dan jaringan, akhirnya disepakati nama program ekstrakurikuler itu dengan nama ITS (Information Technology Student). Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemandu dari Pak Tegas, murid-murid lalu mematangkan gagasan tersebut. Mereka mendiskusikan aspek-aspek apa, mengapa, bagaimana, siapa dari program tersebut secara lebih rinci. Setelah cukup matang, Pak Tegas lalu mengajak murid-muridnya untuk mempresentasikan ide mereka ini kepada Wakasek. Murid-murid ini pun lalu mempersiapkan presentasi ini. Ketika mendengarkan presentasi dari murid, Wakasek sangat mendukung. Namun, di pertemuan tersebut Wakasek juga menyampaikan bahwa anggaran sekolah hanya memungkinkan sebagian kecil saja dari ide murid tersebut yang dapat dijalankan. Wakasek meminta murid-murid untuk mendiskusikan kembali kira-kira apa solusi yang bisa dilakukan. Setelah melakukan modifikasi ide beberapa kali, akhirnya berjalanlah program tersebut. Mengingat terbatasnya anggaran, murid-murid memutuskan untuk menyediakan jasa service komputer di tahun pertama pelaksanaan dengan peralatan seadanya yang tersedia di sekolah. Dari kegiatan itu, murid-murid kemudian dapat mengumpulkan uang kas yang kemudian menjadi modal untuk membeli perangkat-perangkat lain yang diperlukan. Di tahun-tahun awal, Pak Tegas memberikan pendampingan langsung kepada murid-muridnya ini, Di tahun kedua, Pak Tegas hanya mensupervisi dan mengawasi kegiatan. Pembimbingan dilakukan bukan lagi dari guru kepada murid, tapi dari murid kepada murid. Murid tingkat dua akan membimbing murid tingkat 1. Program ini pun berlanjut menjadi semakin berkembang. Banyak ide-ide murid yang kemudian semakin banyak dapat diwujudkan dalam program ini
Video 1
Video 2
Video 3
Setelah membaca beberapa situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Jawaban:
Situasi 1
Program termasuk kokurikuler karena kegiatannya berlangsung di luar jam pelajaran dan terlihat tujuannya untuk memperkuat pemahaman murid terhadap pembelajaran yang diterima di kelas
"Suara", Pak Segar mempertimbangkan suara murid dengan menerima beberapa masukan tentang pemanfaatan lahan. Untuk "pilihan", Pak Segar memberikan kesempatan murid untuk menentukan apa yang akan mereka tanam di kebun mereka nanti. Pada "kepemilikan", Pak Segar memberikan kesempatan pada muridnya untuk menyampaikan bagaimana mereka akan merawat taman mereka. Ada murid yang akan melibatkan ayahnya yang berpengalaman dalam bertani untuk membantu menyiapkan lahan.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah bernalar kritis karena murid di ajak untuk mencari solusi pemanfaatan lahan, kreatif dengan memberikan kebebasan murid untuk menyampaikan ide mereka dan bergotong royong untuk bersama merawat kebun mereka. Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia dengan peduli terhadap lingkungannya
Situasi 2
Program termasuk kokurikuler karena kegiatannya berlangsung di luar jam pelajaran dan terlihat tujuannya untuk memperkuat dan mengaplikasikan pemahaman murid terhadap pembelajaran yang diterima di kelas
"Suara", Bu Ara memfasilitasi murid secara berkelompok untuk merancang layout kelas mereka dan mepresentasikannya melalui gambar. "Pilihan", Murid di sini dibebaskan untuk memilih mana layout yang mereka sukai dan Bu Ara menghargai pilihan tersebut walaupun dirasa kurang baik. "Kepemilikan", murid menyusun kelas mereka seperti layout yang telah mereka pilih dan sepakati bersama dan melakukan refleksi untuk melihat apakah susunan kelas telah efektif atau belum.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah kreatif karena murid bebas untuk menyampaikan layout kelas yang mereka bayangkan dan selanjutnya memilih satu layout yang akan mereka gunakan. Bergotong royong untuk bersama mewujudkan layout pilihan murid. Dan bernalar kritis, dimana murid dapat merefleksikan keefektifan layout yang mereka gunakan.
Situasi 3
Program termasuk kokurikuler karena kegiatannya berlangsung di luar jam pelajaran dan tujuannya untuk memperkuat pemahaman murid terhadap pengetahuan dan keterampilan yang diterima di kelas melalui study wisata.
"Suara", Sekolah membentuk komite ad hoc yang terdiri dari 2 orang guru dan 6 perwakilan murid dari setiap kelas. Komite ini digunakan untuk menyampaikan ide atau saran mereka terkait pelaksanaan study wisata. "Pilhan", Murid-murid melalui komite ad hoc memilih destinasi yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama study wisata tersebut. "Kepemilikan", Diperlihatkan dengan persiapan yang dilakukan sebelum study wisata dan refleksi yang dilakukan setelah study wisata.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah kreatif karena murid dapat memilih destinasi study wisata dan kegiatan yang akan mereka lakukan ketika study wisata . Bergotong royong dengan berkolaborasi merancang dan mempersiapkan study wisata. Dan bernalar kritis, dimana murid dapat menyesuaikan destinasi dan kegiatan dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari serta melakukan merefleksikan setelah study wisata. Murid mandiri dalam menentukan destinasi dan kegiatan yang akan dilakukan disesuaika dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka telah miliki.
Situasi 4
Program termasuk ekstrakurikuler karena kegiatannya berlangsung di luar jam pelajaran dan bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat murid di luar pembelajaran di kelas.
"Suara", Pak Bahri memberikan kesempatan kepada anggota OSIS untuk menyampikan ide kegiatan ekstrakurikuer yang dapat dilakukan secara daring dan meminta solusi untuk kegiatan yang sarankan dan tidak ada guru yang memilki kemampuan untuk membimbing kegiatan tersebut. "Pilihan", Pak Bahri menyetujui saran anggota OSIS dan juga menerima saran mereka tentang murid yang diminta untuk menjadi "guru" dalam membimbing kegiatan ekstrakurikuler. "Kepemilikan", Pak Bahri mengajak anggota OSIS untuk menjadwalkan, mempersiapkan sumberdaya yang diperlukan, dan merancang pengorganisasiannya serta melakukan promosi kepada seluruh murid.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah bergotong royong dengan berkolaborasi merancang dan mempersiapkan ekstrakurikuler yang dilakukan secara daring. Kreatif dan bernalar kritis dalam menemukan ide dan solusi selama diskusi untuk mempersiapkan ekstrakurikuler. Murid mandiri dengan menyadari kebutuhan mereka dalam mengembangkan minat dan bakat serta memahami potensi yang mereka miliki yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan bersama.
Situasi 5
Program termasuk intratrakurikuler dengan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, TIK dan TPK.
"Suara", guru memberikan kesempatan kepada murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya dan memberikan solusi dan pengembangannya. "Pilihan", murid memutuskan solusi terhadap permasalahan yaitu menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. "Kepemilikan", Murid mengembangkan pakan ternak organik mereka dan mengujicobakannya serta mempromosikannya untuk digunakan oleh masyarakat sekitar sekolah.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah bernalar kritis dalam menemukan permasalahan yang ditemukan dari hasil identifikasi. Murid kreatif menemukan ide atau solusi dalam mengatasi masalah. Mandiri, murid memiliki kepercayaan diri dan kemampuan dalam menemukan pakan ternak organik. Bergotong royong, murid berkolaborasi dengan media TV lokal, masyarakat dan waralaba. Berkebhinekaan global, dimana murid mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah yang dihadapai oleh masyarakat. Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, murid menunjukkan kepedulian mereka dengan membantu masyarakat dan lingkungan sekitar mereka.
Situasi 6
Program termasuk ekstrakurikuler dimana murid mengembangkan minat dan bakat mereka terkait dengan komputer.
"Suara", Pak tegas merespon usulan murid untuk membuat sebuah kegiatan ekstrakurikuler. "Pilihan", Pak tegas membantu muridnya untuk memantapkan ide mereka dengan memberikan pertanyaan. "Kepemilikan", murid mengembangkan ekstrakurikuler mereka dan berusaha untuk mengumpulkan dana agar ekstrakurikuler mereka dapat berkembang.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah mandiri, murid memahami kemampuan mereka dan ingin untuk meningkatkan dan memanfaatkan kemampuan mereka. Pada tahun berikutnya murid dapat mengembangkan ekstrakurikulernya dengan guru hanya bertindak sebagai supervisor. Murid bergotong royong untuk mewujudkan ekstrakurikuler ITS mereka dan bersama mengumpulkan dana agar mereka dapat melengkapi sarana dan prasarana ITS. Kreatif dalam menemukan solusi untuk mengumpulkan dana. Murid mampu bernalar kritis dengan terus belajar dan mengembangkan kemampuan mereka dengan menyediakan jasa service komputer
Video 1
Program termasuk kokurikuler dimana murid mengembangkan pemahaman mereka tentang pembelajaran (terkait dengan transaksi di pasar dan bank)
"Suara", sekolah memfasilitasi kegiatan kegiatan berupa pasar tradisional Senen Legi. "Pilihan", murid bebas memilih peran yang mereka inginkan (penjual, pembeli, atau petugas bank). "Kepemilikan", murid mewujudkan pasar yang mereka inginkan dan mendalami peran masing-masing.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah mandiri, murid mengetahui mereka ingin menjadi apa sesuai dengan minat mereka. Murid bergotong royong dalam mewujudkan pasar Senen Legi dan berkolaborasi dengan guru dan orangtua. Murid kreatif dalam mempersiapkan dan memerankan peran masing-masing.
Video 2
Program termasuk intrakurikuler dimana murid mengembangkan kemampuannya melalui pembelajaran berbasis riset.
"Suara", sekolah memberikan kebebasan kepada murid untuk menentukan ide atau topik riset mereka di setiap semester. "Pilihan", murid memilih topik riset berdasarkan minat dan tujuan masa depannya. "Kepemilikan", murid melakukan riset dengan mengumpulkan data, mengolah data dan melakukan presentasi hasil riset mereka.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah mandiri, setiap murid memilih dan melakukan riset serta mampu mengatur dirinya sendiri seperti dalam segi waktu. Bergotong royong, murid berkolaborasi untuk mengumpulkan data riset melalui pengamatan dan wawancara. Bernalar kritis, murid memilih topik riset sesuai dengan minat juga isu yang ada di masyarakat. Kreatif, dalam menyajikan presentasi dari hasil riset.
Video 3
Program termasuk intrakurikuler dimana murid mengembangkan pemahaman pembelajaran mereka ke dalam keseharian murid sehingga pembelajaran tersebut menjadi bermakna.
"Suara", setiap murid dapat menyampaikan ide, isu dan masalah yang mereka temukan dalam kehisupan sehari-hari di luar kelas.. "Pilihan", murid dapat memillih ide, isu atau permasalahan yang ingin mereka angkat atau bahas. "Kepemilikan", murid mencari solusi dari topik yang mereka ambil dan mewujudkannya dalam bentuk produk atau pemikiran baru.
Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan di sini adalah bernalar kritis, murid diajak untuk mengembangkan rasa ingin tahu mereka melalui pertanyaan pemantik dan isu-isu yang berkembang di masyarakat dan perubahan apa yang dapat mereka buat. Bergotong royong, murid di ajak berdikusi agar mereka terbiasa untuk mengambil keputusan bersama. Kreatif, murid dapat menyampaikan ide dan mengaplikasikan ide tersebut. Mandiri, murid mampu mengatur dirinya sendiri dalam mempraktikkan pembelajaran yang didapatkannya. Berkebhinekaan Global, murid diajak untuk melakukan perubahan apa yang dapat bermanfaat untuk dirinya dan untuk masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, murid mengaplikasikan pembelajaran yang didapatnya untuk peduli pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan di sekitarnya
Koneksi Antar Materi