Dalam sebuah wawancara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Bapak Nadiem Makarim menyatakan bahwa:
Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)
Menurut Bapak dan Ibu, Kira-kira apa maksud dari kutipan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi tersebut?
Jawaban :
Sebagai pengambil keputusan tentunya keputusan yang akan diambil tidak hanya satu atau dua. Namun, banyak hal yang harus diputuskan. Untuk itu seorang pengambil keputusan harus memberikan prioritas pada hal-hal yang memang perlu dilakukan terlebih dahulu.
Dalam mengambil sebuah keputusan sudah dapat dipastikan tujuannya adalah untuk kebaikan. Namun, terbaik untuk sekelompok orang belum tentu terbaik untuk yang lain. Oleh karena itu sering muncul kritik sebagai dampak keputusan yang diambil tersebut atau terhadap perubahan yang terjadi akibat keputusan yang diambil.
Oleh karena itu, agar keputusan yang diambil adalah yang terbaik maka perlu untuk melihat apakah keputusan tersebut adalah keputusan yang memberikan manfaat untuk peningkatan pembelajaran murid. Dengan dasar itu, keputusan yang diambil dapat dilaksanakan
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran atau pimpinan sebuah institusi, tentu Anda menghadapi pengambilan keputusan setiap harinya. Pernahkah dalam pengambilan keputusan tersebut melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang sama-sama menjunjung tinggi suatu nilai kebajikan tertentu, dan keduanya sama-sama benar, namun tertantang karena saling bertentangan satu dengan yang lain?
Bagaimana pengalaman Anda dalam menghadapi situasi seperti ini? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang melandasi pengambilan keputusan Anda? Kemudian, setelah mengambil keputusan tersebut, pernahkah Anda menjadi ragu-ragu, dan menanyakan diri sendiri apakah keputusan yang diambil telah tepat, atau ada perasaan tidak nyaman dalam diri Anda, serta timbul pikiran mengganjal dalam diri Anda seperti, “Apakah ini sesuai peraturan?” atau “Bagaimana panutan saya akan berlaku dalam kondisi seperti ini?”
Jawaban :
Saya tentunya sering dihadapkan pada keharusan untuk melakukan pengambilan keputusan. Dari semua pengambilan keputusan tersebut ada keputusan yang memang memerlukan keterlibatan pihak lain dalam hal ini pihak sekolah (unsur pimpinan). Keputusan tersebut perlu melibatkan unsur pimpinan karena ini menyangkut dengan kesepakatan bersama seluruh warga sekolah atau karena akan berpengaruh pada nama baik sekolah.
Anda adalah Kepala Sekolah yang baru diangkat di SMP X. Wakil Kepala Sekolah Kurikulum mengatakan bahwa sekolah memerlukan buku-buku pelajaran baru yang perlu didistribusikan dengan segera kepada murid-murid. Hari itu, Anda diberitahu bahwa penerbit Y akan hadir untuk presentasi buku-buku pelajaran untuk tahun ajaran baru. Wakasek Kurikulum Anda mengatakan bahwa ini adalah kegiatan rutin sekolah untuk menyeleksi buku-buku pelajaran murid kelas 1-6 menjelang tahun ajaran baru dimulai, dan para orang tua pun sudah menunggu daftar buku-buku yang harus dibeli. Anda pun bertemu dengan penerbit Y. Di akhir rapat, penerbit Y memberitahu Anda bahwa jika Anda memutuskan memesan dari penerbitan mereka, maka seperti kepala sekolah sebelumnya, Anda akan mendapatkan 'komisi'. Penerbit memberitahu Anda bahwa kegiatan seperti ini sudah dilakukan setiap tahun oleh pimpinan sekolah Anda terdahulu. Penerbit Y juga mengatakan bahwa kerja sama ini sudah lama terbina, dan mereka senantiasa tepat waktu memberikan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan sekolah. Apa yang akan Anda lakukan sebagai Kepala Sekolah? Suatu saat, pihak Yayasan/Manajemen Sekolah memanggil Anda untuk mengetahui prosedur dan praktik pemesanan buku-buku tahun ajaran baru di sekolah selama ini. Apa yang Anda katakan?
Jawaban
Saya akan meminta guru-guru kelas untuk menyeleksi buku-buku dan memilih buku-buku yang memang sesuai dengan kebutuhan. Jika tidak ada yang sesuai maka sekolah tidak akan mengambil buku dari penerbit Y, namun jika buku tersebut sesuai maka sekolah akan mengambil buku dari penerbit Y. Untuk komisi, saya akan menggunakannya membeli buku lain dari penerbit Y tersebut untuk melengkapi buku-buku di perpustakaan sekolah.
Jika pihak yayasan/manajemen sekolah bertanya tentang prosedur dan praktik pemesanan buku tahun ajaran baru maka yang akan saya sampaikan adalah apa yang saya lakukan pada masa kepemimpinan saya, sedangkan untuk kepemimpinan sebelumnya itu bukan menjadi kewajiban saya untuk menyampaikan.
Pertanyaan 1
Bagaimana situasi di lingkungan Anda sendiri, adakah nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di tempat Anda bekerja, atau tinggal? Ceritakan pengalaman Anda Anda bagaimana nilai-nilai kebajikan tersebut telah membentuk diri Anda terutama dalam mengambil suatu keputusan?
Jawaban :
Saya mempercayai bahwa izin dan ridho orang tua akan memberikan kebaikan untuk anak-anaknya. Hal ini mempengaruhi saya dalam pengambilan keputusan saya di sekolah/kelas. Disamping itu, kondisi ekonomi keluarga yang berbeda-beda juga menjadi pertimbangan apakah keputusan tersebut tetap diambil atau mencari alternatif yang lain.
Pertanyaan 2
Apakah Anda pernah mengalami atau melihat suatu pengambilan keputusan serupa studi kasus yang ditanyakan di atas, di mana ada dua kepentingan saling berbenturan? Ceritakan bagaimana pengalaman Anda sendiri di sekolah asal Anda. Apa yang Anda lakukan pada waktu itu, mengapa?
Jawaban :
Saya pernah menerima uang insentif mendampingi siswa tetapi saya merasa saya tidak maksimal dalam melakukan pekerjaan tersebut sehingga saya menolaknya. Tetapi, saya tetap diharuskan mengambil uang tersebut. Akhirnya saya tetap ambil dan saya simpan selama setahun lebih sampai ketika ada siswa saya yang terkendala membayar uang sekolah, dan saya gunakan uang tersebut untuk membantu siswa membayar uang sekolahnya
Pertanyaan 3
Pernahkah Anda setelah mengambil suatu keputusan, bertanya pada diri sendiri, "Apakah keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat?" "Apakah seharusnya saya mengambil keputusan yang lain?" Kira-kira apa yang membuat Anda mempunyai pemikiran seperti itu?
Jawaban :
Saya pernah bertanya pada diri sendiri, "Apakah keputusan yang saya ambil adalah keputusan yang tepat?" setelah mengambil suatu keputusan. Saya merasa seperti itu karena saya melihat ada pihak disulitkan ketika keputusan tersebut dikerjakan. Ada sedikit rasa tidak enak dalam diri saya dan saya akan berpikir seharusnya saya mengambil keputusan yang lain.
Pertanyaan 4
Pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin Anda tanyakan pada sesi Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran ini? Apa yang selama ini menjadi tantangan bagi Anda dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
Jawaban :
Pertanyaan yang ingin saya tanyakan :
Sebelum mengambil keputusan tentu kita terlebih dahulu meminta pendapat atau pandangan pihak-pihak yang akan terpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil. Jika banyak pihak yang lebih kontra dikarenakan kebijakan tersebut akan membuat perubahan mereka dan mereka tidak suka terhadap sebuah perubahan padahal keputusan tersebut adalah yang terbaik jika dilihat dari tujuannya, maka apa yang harus dilakukan?
Bagaimana cara bersikap yang terbaik terhadap dua kepentingan yang berbenturan dari sebuah keputusan yang diambil?
Bagaimana cara mengatasi rasa tidak enak atau mungkin rasa bersalah terhadap pihak yang mendapatkan dampak kurang baik dari keputusan yang sudah kita ambil walaupun keputusan tersebut sebenarnya adalah keputusan yang terbaik?
Yang menjadi tantangan bagi saya dalam mengambil sebuah keputusan adalah saya selalu merasa tidak nyaman ketika keputusan tersebut akan membuat orang merasa dirugikan atau kesulitan.
Pertanyaan 5
Harapan-harapan apa saja yang Anda inginkan dengan mengikuti modul 3.1 (harapan dan manfaat untuk diri sendiri, murid dan sekolah) - Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran? Apa yang ingin Anda capai setelah belajar tentang modul 3.1 ini?
Jawaban :
Setelah mempelajari modul 3. ini saya berharap mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk semua pihak yang terdampak terhadap keputusan tersebut, sehingga keputusan dapat dijalankan tanpa ada yang melakukannya dengan terpaksa dan semua mendapatkan tujuan yang diharapkan. Dengan kondisi tersebut saya sebagai pengambil keputusan akan merasa lebih nyaman dan tidak ada rasa bersalah yang muncul.
Yang ingin saya dapat setelah belajar modul 3.1 ini saya dapat belajar bagaimana langkah-langkah yang baik dalam mengambil sebuah keputusan dan belajar bagaimana menyiapkan mental untuk menghadapi dampak terhadap keputusan tersebut baik yang positif ataupun yang negatif
Eksplorasi Konsep
Kegiatan Pemantik
“Pada abad ke 21, di mana masyarakat semakin menjadi beragam secara demografi, maka pendidik akan lebih lagi perlu mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah-sekolah yang toleran dan demokratis. Kami meyakini bahwa, melalui pembelajaran tentang etika, pemimpin-pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap dalam mengenali, berefleksi, serta menghargai keberagaman.”
“In the 21st century, as society even becomes even more demographically diverse, educators will, more than ever, need to be able to develop, foster, and lead tolerant and democratic schools. We believe that, through the study of ethics, educational leaders of tomorrow will be better prepared to recognize, reflect on, and appreciate differences.” (Ethical Leadership and Decision Making in Education, Shapiro, J.P., Stefkovich, J.A, New York, 2016, hal. 4).
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak
Bacalah kutipan di atas dan renungkan, apa peranan Anda saat ini sebagai seorang pendidik di abad ke 21, serta bagaimana pentingnya seorang pendidik mempelajari ilmu tentang etika. Mengapa memahami etika atau nilai-nilai kebajikan yang terkandung di dalamnya, semakin diperlukan dalam dunia yang semakin beragam; hal ini berkaitan dengan sekolah sebagai ‘institusi moral’ yang dirancang untuk membentuk karakter setiap warganya.
Jawaban :
Pada saat ini (abad ke-21) dimana masyarakat telah beragam secara demografi telah mulai tampak penyimpangan terhadap etika yang dulu sangat diyakini ketika masyarakat belum seberagam saat ini. Untuk itu agar etika tetap dapat dipertahankan maka semua pihak harus berperan aktif. Sekolah sebagai 'institusi moral' merupakan tempat untuk mengembangkan dan membina etika warga sekolah. Guru yang banyak berinteraksi dengan murid perlu untuk mempelajari ilmu tentang etika agar guru dapat mengembangkan dan membina etika dari murid-muridnya.
Anda adalah seorang pimpinan sekolah. Suatu saat Anda dilaporkan bahwa salah satu guru Anda memberikan les privat kepada beberapa murid tertentu. Guru yang memberikan les tersebut sedang membutuhkan dana tambahan untuk keperluan obat bagi istrinya yang sedang sakit keras. Namun di sisi lain, murid-murid yang mengikuti les privat bisa mendapatkan soal-soal yang akan dijadikan bahan tes, dan hasil tes mereka bisa menjadi sangat baik dibandingkan dengan hasil tes murid-murid lain yang tidak mengikuti les. Apa yang akan lakukan Anda lakukan bila Anda adalah kepala sekolah? Mengapa? Apakah ada dua nilai kebajikan yang saling berbenturan? Bila ada, nilai-nilai kebajikan apa saja yang saling bersinggungan?
Jawaban :
Yang akan saya lakukan adalah mengajak guru tersebut berbicara berdua dan membahas apa yang telah dilakukannya. Mencoba untuk menggiring guru tersebut mencari solusi terbaik dari masalah yang sedang dihadapinya dan juga dapat memberikan hak yang sama untuk murid-murid menerima soal tes yang memang belum mereka ketahui baik oleh murid yang les ataupun yang tidak les. Kemudian siap untuk memberikan dukungan agar solusi yang ditemukan guru tersebut dapat dilakukan.
Ada nilai kebajikan menolong guru tersebut agar dapat membiayai istrinya yang sakit dan nilai keadilan yang tidak diterima murid-murid guru tersebut terkait soal tes
sekarang Anda diminta untuk membaca kembali kasus di sekolah Anda masing-masing yang telah Anda tulis di akhir pembelajaran Mulai dari Diri, kemudian buatlah analisis apakah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral dan sebutkan alasannya.
Jawaban :
Pada kasus saya, dimana saya diharuskan tetap menerima insentif walaupun tidak bekerja secara maksimal merupakan sebuah bujukan moral.
Di sini saya dihadapkan pada kondisi benar dan salah. Benar karena saya menolak menerima insentif karena saya merasa tidak melakukan pekerjaan saya secara maksimal dan salah karena saya menerima insentif tersebut.
Kasus 1
Ibu Dini adalah kepala sekolah SMA Insan Gemilang. Ia seorang kepala sekolah yang cerdas, berbakat, dan juga inovatif. Ia juga memiliki pembawaan yang supel dan menyenangkan. Setiap pagi bu Dini akan meluangkan waktu untuk berjalan berkeliling sekolah, mengunjungi kelas-kelas, menyapa guru-guru, dan mendengarkan cerita mereka dan memberi mereka semangat. Murid-murid dan guru-guru akrab dengan Bu Dini. Anggota komunitas sekolah memiliki hubungan yang positif dengannya, dan mereka menaruh kepercayaan yang tinggi padanya.
Selain sebagai seorang kepala sekolah, Ibu Dini juga seorang wirausahawan yang sukses dalam bidang kuliner. Selama ini ia dapat membagi waktunya dengan baik. Ia tidak pernah mencampuradukkan urusan pekerjaannya di sekolah dengan bisnisnya.
Semakin lama bisnis kuliner Ibu Dini berkembang pesat. Bisnisnya mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai UKM berprestasi dan Ibu Dini mendapat hadiah berupa pelatihan bisnis selama 3 bulan di bawah bimbingan mentor-mentor pebisnis yang sukses. Ini artinya Ibu Dini harus meninggalkan sekolahnya selama 3 bulan karena lokasi pelatihan di luar kota. Padahal baru-baru ini ia banyak mendapat laporan bahwa sedang banyak terjadi permasalahan di SMA Insan Gemilang, sekolah yang ia pimpin. Guru-guru mulai menurun motivasi kerjanya, siswa-siswa banyak yang melanggar peraturan, dan orangtua murid yang mengeluh karena menurunnya kualitas pendidikan di SMA Insan Gemilang.
Bila ia mengikuti program pelatihan bisnis itu, artinya ia harus meninggalkan sekolah lagi selama 3 bulan di tengah kondisi sekolah yang sedang membutuhkan kehadirannya. Di sisi lain ia sangat ingin mengikuti program tersebut karena ia yakin akan mendapat banyak ilmu untuk mengembangkan bisnis kulinernya. Ada dilema antara kepentingannya sebagai individu dan kepentingan orang banyak yaitu warga sekolah di sini. Manakah yang sebaiknya ia pilih?
Jawaban :
Yang menghadapi dilema adalah Bu Dini
Dua kebenaran :
adalah benar jika Bu Dini memilih membenahi sekolahnya karena tugasnya sebagai seorang kepala sekolah
tapi benar juga jika dia memilih mengikuti pelatihan selama tiga bulan tersebut karena pelatihan tersebut diperlukan Bu Dini untuk mengembangkan usaha kuliner yang ia kelola.
Dilema :
Dilema antara kepentingan individu lawan kepentingan kelompok (guru, murid dan orang tua murid)
Berlaku juga dilema jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah untuk memilih mengurus sekolah maka Bu Dini bertanggung jawab sampai masa pensiunnya. Sedangkan keputusan jangka panjang dengan mengikuti pelatihan maka dampaknya akan dirasakan pada usaha yang dikelolanya sampai ia meninggal bahkan akan terasa manfaatnya untuk anak cucu Bu Dini.
Kasus 2
Hari ini murid-murid kelas 8 di SMP Pelita senang sekali karena mereka akan melakukan studi lapangan ke Taman Safari Cisarua Bogor sebagai bagian dari pelajaran Biologi. Untuk mengikuti studi lapangan ini, setiap murid harus membayar biaya ekstra. Ada 3 murid yang belum membayar oleh karena itu mereka tidak akan mengikuti studi lapangan ini, salah satunya adalah Danang, seorang murid yang sangat cerdas, suka belajar Biologi, dan bercita-cita menjadi seorang dokter hewan. Murid-murid yang tidak bisa mengikuti studi lapangan sudah diberikan tugas pengganti oleh guru Biologi, yaitu mengamati hewan dan perilakunya, yang secara substansi sama dengan tugas yang dilakukan murid-murid lain yang berstudi lapangan ke Taman Safari.
Ketika murid-murid sedang sibuk mempersiapkan diri untuk naik ke dalam bus pariwisata yang akan membawa mereka ke Taman Safari, Ibu Dita, guru Biologi sekaligus ketua panitia studi lapangan ini, melihat Danang datang ke sekolah bersama orangtuanya. Danang membawa ransel dan terlihat siap untuk bergabung dalam kegiatan ini. Orangtua Danang mengatakan pada Ibu Dita bahwa anaknya sangat ingin mengikuti kegiatan ini, dan memohon agar Danang diperbolehkan mengikutinya dan mereka berjanji akan membayar dengan cara mencicil. Ibu Dita bingung sekali dengan situasi tersebut. Akhirnya Ibu Dita pun mengajak orang tua Danang untuk bertemu dengan kepala sekolah, Pak Pandu.
Bila Anda berada dalam posisi Pak Pandu, apa yang akan Anda lakukan? Menurut peraturan, Danang tidak bisa mengikuti program studi lapangan karena belum membayar biayanya, namun Pak Pandu sadar betul, kalau ia menerapkan peraturan itu, Danang akan sedih dan kecewa, karena ia sudah mempersiapkan diri dan sangat ingin mengikuti kegiatan, namun bila Pak Pandu memperbolehkan, bagaimana dengan murid lain yang juga belum membayar dan memutuskan untuk tidak ikut?
Jawaban :
Yang menghadapi dilema adalah Pak Pandu
Dua kebenaran :
Adalah benar jika pak Pandu menolak untuk Danang ikut karena ia belum membayar biaya kegiatan sama seperti teman-temannya yang lai yang juga tidak membayar dan tidak ikut
Tapi benar juga jika Danang diizinkan ikut karena orangtuanya berjanji akan mencicil biaya kegiatan disamping itu Danang adalah murid yang sangat menyukai pelajaran biologi.
Paradigma yang terjadi
Dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan
Dilema lain yang juga berlaku adalah dilema jangka pendek lawan jangka panjang. Jangka pendek Pak Pandu akan memberikan keadilan untuk semua siswa sedangkan jangka panjang adalah dengan mengikuti kegiatan ini akan memberikan dampak positif untuk Danang dalam memotivasi dirinya mencapai mimpinya menjadi dokter hewan
Kasus 3
Anda adalah seorang kepala sekolah di sebuah sekolah menengah pertama (SMP) swasta. Pak Doddy adalah seorang guru Matematika di sekolah yang Anda pimpin. Ia adalah guru yang kompeten dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Ia menguasai bidang yang diajarkan, dan metode mengajarnya juga mudah dimengerti oleh murid-murid, namun ia memiliki beberapa masalah dalam pengendalian emosi, pengelolaan waktu, dan integritas. Beberapa kali Anda mendapat keluhan baik dari murid-murid maupun orang tua murid bahwa Pak Doddy kerap marah-marah pada murid-muridnya ketika ia kecewa pada sikap atau kinerja mereka.
Pak Doddy juga kerap kali terlambat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya, seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, membuat soal ujian, dan juga mengisi nilai rapor murid. Kejadian terakhir, Pak Doddy terbukti memanipulasi laporan keuangan kepanitiaan kegiatan studi wisata kelas 7 ke Yogya, dimana ia menjadi bendaharanya. Anda telah menyampaikan keluhan-keluhan murid-murid dan orang tua murid pada Pak Doddy, menegurnya atas tindakan memanipulasi laporan keuangan, dan membimbingnya untuk memperbaikinya, namun tidak terdapat perbaikan apa-apa. Akhirnya di akhir tahun ajaran, Anda memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja Pak Doddy.
Pak Doddy dapat menerima keputusan sekolah. Ia segera mencari pekerjaan baru dengan melamar ke beberapa sekolah. Pak Doddy juga secara personal meminta Anda untuk memberikan rekomendasi bila ada sekolah yang memintanya. Anda pun mengiyakannya. Pada suatu hari, Anda mendapat email dari bagian Sumber Daya Manusia/SDM, SMA Cahaya Hati yang meminta Anda mengisi lembar rekomendasi mengenai kinerja Pak Doddy sehubungan dengan lamaran Pak Doddy ke sekolah tersebut sebagai Koordinator Guru Matematika. Di formulir itu ada beberapa pertanyaan tentang pengendalian emosi, pengelolaan waktu, dan integritas.
Anda paham betul bahwa kalau Anda mengisi formulir dengan sebenar-benarnya, Pak Doddy tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut. Sekolah tersebut adalah sekolah yang baik, dan posisi yang dituju adalah posisi yang strategis. Anda juga tahu, sebagai kepala keluarga dengan istri yang tidak bekerja dan 3 anak yang masih kecil-kecil, Pak Doddy sangat membutuhkan pekerjaan ini. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan mengisi formulir tersebut dengan apa adanya, atau akan Anda buat sedikit lebih baik dari fakta yang terjadi? Apa pertimbangan Anda ketika melakukan hal tersebut?
Jawaban :
Yang mengahadapi dilema adalah "saya" Sebagai kepala sekolah Pak Doddy.
Dua kebenaran yang ada:
Adalah benar untuk mengisi formulir tersebut sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena jika tidak jujur maka akan memberikan dampak kepada sekolah SMA Cahaya Hati dan nama baik saya sebagai kepala sekolah
Tapi benar juga jika saya membantu Pak Dody agar di terima di SMA Cahaya Hati karena kondisi keluarganya yang membutuhkan biaya dari Pak Dody.
Paradigma yang terjadi :
Kebenaran lawan kesetiaan
Dilema lain yang juga berlaku adalah dilema rasa keadilan dan rasa kasihan.
Keadilan untuk memperlakukan SMA Cahaya Hati sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dan rasa kasihan pada Pak Doddy yang harus menghidupi keluarganya
Kasus 4
SMA Permata adalah sekolah swasta berlokasi di Jakarta dengan banyak prestasi yang membanggakan. Setiap tahunnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah selalu tinggi. Hal ini tidak terlepas dari peran yayasan yang menaungi sekolah tersebut yang selalu memperhatikan kepentingan para guru-guru sekolah tersebut.
Tahun ini, seperti biasa yayasan akan mengadakan rapat kerja dimana para kepala sekolah harus melaporkan kegiatan tahun ajaran yang telah berjalan dan mempresentasikan rencana kegiatan dan anggaran sekolah untuk tahun ajaran depan.
Bapak Zulkarnain, sebagai kepala sekolah mengajukan dua program untuk para guru yaitu program pelatihan guru tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran, dan program outbound team building guru ke Puncak, Ciawi. Namun ketua yayasan meminta Bapak Zulkarnain untuk memilih salah satu program saja, tidak bisa dua-duanya karena anggaran tahun depan juga akan dialokasikan untuk pembangunan gedung perpustakaan yang baru, mengingat perpustakaan yang lama sudah tidak memadai untuk jumlah murid yang semakin bertambah.
Pak Zulkarnain menjadi bimbang, di satu sisi program pelatihan ini sangat dibutuhkan guru-guru. Dalam jangka panjang guru-guru mau tidak mau harus harus terampil menggunakan teknologi dalam pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran yang interaktif, menarik, dan bermakna bagi murid-murid. Dari hasil supervisi akademik yang dilakukan Pak Zulkarnain dan tim bidang akademik, sebagian besar guru-guru belum terampil menggunakan teknologi dalam pembelajaran.
Namun Pak Zulkarnain juga memahami, setelah hampir 2 tahun masa pandemi dan pembelajaran dilakukan secara daring, ditinjau dari aspek sosial dan emosional, para guru membutuhkan program outbound ini untuk memperkuat ikatan emosi dan sosial antar mereka agar dapat kembali bekerja sama dalam sebuah tim dengan baik, serta bersemangat kembali ke sekolah menyambut murid-murid belajar dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT).
Bila Anda berada dalam posisi Bapak Zulkarnain, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan memilih program pelatihan guru dalam bidang teknologi atau melaksanakan program outbound team building? Apa alasannya?
Jawaban :
Yang mengahadapi dilema adalah Pak Zulkarnain
Dua kebenaran:
Adalah kebenaran jika pak Zulkarnain memilih untuk melakukan pelatihan guru karena itu akan dibutuhkan guru untuk melaksanakan tugasnya.
Tapi benar juga jika pak Zulkarnain memilih melakukan outbond team building karena agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik memerlukan semangat dan pikiran yang fresh dari guru-guru
Paradigma yang terjadi :
Jangka pendek lawan jangka panjang
Dilema lain:
Kebenaran lawan kesetiaan.
Kebenaran karena hal terpenting dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka yang diperlukan adalah pelatihan guru.
Sedangkan kesetiaan adalah memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk saling memperkuat sosial dan emosi
Apa pemahaman Anda dari video prinsip dilema etika tersebut? adakah sesuatu yang tidak terduga, atau adakah pertanyaan lanjutan yang masih ingin Anda pelajari selanjutnya pada sesi pendampingan fasilitator dan mentor?
Jawaban :
Tiga prinsip dilema etika yang ternyata tanpa saya sadari selama ini menjadi alasan saya dalam mengambil sebuah keputusan:
berpikir berbasis hasil akhir. Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang
berpikir berbasis peraturan. Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan
berpikir berbasis rasa peduli. Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda
Dari penjelasan dalam video setiap prinsip memiliki kekurangan, jadi pilihan apa yang sebaiknya digunakan dalam mengambil sebuah keputusan?
Studi Kasus:
Pak Seto adalah Kepala Sekolah sebuah sekolah dasar. Ia memiliki 2 guru kelas V yang berbeda cara mengajarnya. Ibu Tati guru kelas VA dan Ibu Sri guru kelas VB. Ibu Tati terkenal sebagai guru ‘galak’, namun pada saat yang sama, nilai rata-rata murid-muridnya sangat baik. Sehingga sifat keras Ibu Tati masih dianggap sesuai, demi mencapai hasil yang baik dari murid-muridnya. Sedang Ibu Sri adalah guru yang sabar dan tenang, namun ada beberapa muridnya yang memiliki nilai di bawah KKM. Suatu hari Ibu Sri datang ke ruangan Pak Seto selaku kepala sekolah, dan mengadukan perbuatan Ibu Tati yang menghukum salah satu muridnya di tengah terik matahari, berlutut di semen lapangan basket karena tidak membuat pekerjaan rumah. Ibu Sri sangat khawatir karena murid tersebut sudah menangis, namun sepertinya Ibu Tati tetap mengajar di dalam kelas seperti biasa, karena menganggap menjemur anak di terik matahari adalah hukuman pantas karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Bila Anda adalah Pak Seto sebagai kepala sekolah, apa yang akan Anda lakukan? Pendekatan apa yang ambil? Dasar pemikiran apa yang melatarbelakangi keputusan Anda?
Temuilah seorang rekan kerja Anda, dan tanyakan kesediaannya memberikan pendapatnya tentang studi kasus di atas.
Analisis jawaban Anda dan rekan Anda, apakah berbeda, atau sama?
Tuliskan tanggapan Anda dan rekan Anda terhadap kasus Bapak Seto, beserta analisis Anda terhadap kedua jawaban tersebut.
Jawaban :
Saya dan rekan saya memiliki jawaban yang sama . Pada kasus Pak Seto, yang akan dilakukan sebagai kepala sekolah adalah memanggil Bu Tati untuk mendiskusikan cara Bu Tati dalam mengajar dan menegakkan disiplin. Pak Seto juga perlu berbicara dengan murid-murid tentang perasaan mereka dengan cara mengajar Bu Tati. Jika dari langkah ini ditemukan pelanggaran terhadap kode etik profesi maka Pak Seto perlu memberikan sanksi berupa teguran kepada Bu Tati. Selanjutnya Pak Seto dan Bu Tati bersama mengevaluasi metode mengajar yang dilakukan sebelumnya. Agar kasus serupa tidak terulang lagi, maka Pak Seto perlu melakukan sosialisasi peraturan dan juga mengingatkan kode etik profesi guru kepada seluruh guru di sekolah Pak Seto.
Sekarang, pilihlah 1 kasus dilema etika yang pernah Anda hadapi, kemudian terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus yang Anda pilih tersebut, berdasarkan tahapan berikut ini:
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?
Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?
Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)
Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik maupun viral di media sosial? Apakah anda merasa nyaman? (Uji Publikasi)
Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?
Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
Apa keputusan yang akan Anda ambil?
Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Jawaban :
Kasus :
Ada murid yang berusaha untuk mendapatkan tanda tangan saya sebagai syarat untuk menerima nomor ujian. Tetapi nilai atau tugasnya belum lengkap. Murid tersebut tetap berusaha membujuk saya agar memberikan tanda tangan tersebut dan ia berjanji akan melengkapi nilai dan tugasnya besok.
Nilai-nilai yang bertentangan adalah nilai keadilan dan rasa kasihan.
Yang terlibat dalam situasi tersebut adalah saya (guru), murid dan pimpinan (pembuat peraturan)
Fakta-fakta yang relavan : dari lima nilai/tugas yang harus ada, murid ini hanya ada satu nilai/tugas yang terkumpul, ujian akan dilaksanakan esok harinya dengan mata pelajaran berbeda sehingga kesempatan untuk menyelesaikan tugas dan dikumpulkan besok kemungkinannya sangat kecil.
Pengujian benar atau salah terhadap situasi
Tidak ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi ini
Tidak ada pelanggaran kode etik profesi
Berdasarkan intuisi, saya merasa ada yang salah dengan memberikan tandatangan pada murid tersebut
Saya akan merasa tidak nyaman jika keputusan yang saya ambil salah dan viral di media sosial
Keputusan yang diambil panutan saya dalam situasi ini adalah tidak memberikan tanda tangan.
Paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan
Prinsip yang akan saya pakai adalah berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis hasil akhir
Salah satu penyelesaian adalah murid tersebut sudah mengangsur untuk membuat tugasnya ketika pengumuman disampaikan dua minggu sebelumnya dan meminta murid untuk membuat tugasnnya dan mengirimkannya ke google classroom dalam bentuk foto atau file presentasi
Saya tidak akan memberikan tanda tangan sampai murid tersebut menyelesaikan nilai/tugasnya
Keputusan yang saya ambil tidak memberikan tanda tangan sampai murid tersebut menyelesaikan tugasnya. Harapannya hal ini akan membantu murid tersebut ketika akhir semester karena nilai/tugasnya tidak banyak yang harus dilengkapi atau tugasnya sudah lengkap. Walaupun agak kasihan ketika melihat murid tersebut berlalu pergi.
Forum Diskusi
Kasus 1
Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang. Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja. Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah. Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?
Jawab :
Paradigma yang terjadi adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan. Nilai-nilai yang bertentangan adalah tanggungjawab dan keselamatan/keamanan
Ada unsur pelanggaran hukum pada kasus ini, karena ayah Andreas datang kes ekolah marah-marah (membuat keibutan) dan membawa parang (senjata tajam) yang dapat masuk sebagai tindakan pengancaman dan membuat rasa tidak nyaman warga sekolah
Jika dilihat dari kode etik guru, tidak ada pelanggaran yang terjadi di sini. Karena Pak Frans tidak langsung membawa Andreas pada ayahnya yang artinya Pak Frans tekah bertindak untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan Andreas. Sikap guru terhadap tindakan ayah Andreas masih pada aturan dan kode etik menghormati siswa dan orantua.
Hal yang salah dalam situasi ini adalah ayah Andreas tidak mengindahkan aturan pemerintah tentang wajib belajar 12 tahun. Melihat respon Andreas yang ketakutan dan memilih untuk belajar di sekolah, terlihat ada yang salah dengan sikap ayah Andreas sehingga Andreas bersikap seperti itu.
Jika keputusan saya dipublikasikan di media sosial akan ada rasa tidak nyaman.
Keputusan yang akan diambil panutan saya adalah kepala sekolah, ayah Andreas, Andreas, dan Pak Frans berdialog untuk mencari solusi terbaik
Andreas dapat membantu ayahnya setelah pulang sekolah dan sekolah dapat mengusahakan beasiswa untuk Andreas agar dapat membantu biaya sekolah Andreas
Keputusan yang saya ambil adalah meminta kerjasama ayah Andreas agar mengizinkan Andreas untuk belajar di sekolah sampai jam sekolah selesai dan kemudian Andreas dapat membantu ayahnya sepulang sekolah. Sekolah juga akan mengusahakan beasiswa untuk Andreas.
Prinsip yang saya gunakan adalah berpikir berbasis peraturan. Karena dengan dasar aturan keputusan yang diambil dapat kuat secara hukum dan ayah Andreas kemungkinan akan dapat menerima keputusan yang diambil.
Koneksi Antar Materi